Mohon tunggu...
Fidel Dapati Giawa
Fidel Dapati Giawa Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Nulis dangkadang, tergantung mood

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Merencanakan Mati

24 Februari 2011   23:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:18 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rencanakanlah matimu dengan seksama. Tapi jangan pernah terpikir untuk bunuh diri.

Kematian adalah keniscayaan. Tak ada yang hidup yang  tak akan mati. Begitu pun halnya manusia, pasti akan mati. Karena sudah pasti, buat apa pula repot-repot bikin rencana? Karena kematian adalah pertaruhan terakhir kehidupan seorang manusia. Manusia bisa menjadi mulia justru pada saat kematiannya. Bisa saja semasa hidup ia seorang gembel yang tak dilirik oleh orang lain, tetapi kematiannya pastilah meninggalkan jejak yang diingat oleh orang hidup yang ada disekitar kematiannya.

Seseorang yang menikah dengan padangan beda agama bertanya padaku, "bagaimana aku dikubur kelak". Saya menjawab bahwa itu bukan tugasmu untuk merencanakan penguburan. Penguburan adalah tugas orang yang ditinggal si-mati. Nah.... sahabatku, tugas kita adalah merencanakan bagaimana kita seharusnya mati. Apakah mau mati dalam peperangan, apakah mau mati dalam tawuran massal, mati mendadak, mati gagal jantung di komplek pelacuran, atau berkelahi, atau mati jatuh dari atas pohon, dan cara-cara lain yang mungkin bisa beribu macam.

Pasrahkanlah dirimu dalam kematian. Sehingga orang tak berpaling dari jasadmu yang ditinggal nyawa. Mereka tak membiarkannya laksana bangkai yang membusuk digerogoti mikroba.

Terus terang, dari sekian banyak cara mati saya belum bisa memilih untuk harus mati dengan cara bagaimana. Tapi hati kecilku kadang berdetak untuk meminta sang pencabut nyawa untuk menghindariku dari cara yang tak patut untuk mati. Cara apakah itu, tidak akan kutuliskan disini. Aku sendirilah yang tahu, biar ini jadi rahasiku. Aku tak mau menularkan rasa khawatirku pada orang lain.

Merencanakan mati bukanlah menentukan kapan saatnya mati. Waktu, tetaplah sang maha rahasia yang tak bisa ditebak tak bisa dinujum.

Mati adalah resultan dari hidup.  Tidak ada kematian tanpa kehidupan. Jadi, merencanakan bagaimana harus mati bersebab dari perbuatan di masa hidup. Merencanakan mati adalah juga merencanakan hidup. Hidup dengan cara-cara yang luhur akan mati dengan cara-cara yang luhur. Yang luhur tidaklah sama dengan berkelas atau elit. Yang luhur adalah yang mulia, yang bisa saja tak berkelas dan tak elit bagi ukuran orang hidup atau cara pandang orang pada umumnya.

Hidup mulia bukan saja sekedar terhormat. Seorang pejabat pastilah terhormat, akan tetapi belum tentu mulia.

Hargailah hidup dan kehidupan maka engkau akan mati berharga. Engkau akan mati mulia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun