Mohon tunggu...
Fidel Dapati Giawa
Fidel Dapati Giawa Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Nulis dangkadang, tergantung mood

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gara-gara Kompasiana, Ratna Sarumpaet Kepleset

19 Februari 2015   07:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54 11632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ratna Sarumpaet di Indonesia Lawyer Club (ILC) tadi malam, masih seperti cara ia bertutur pada ILC minggu lalu. Penuh semangat, menggunkan kata-kata lugas bahkan cendrung kasar, setidaknya untuk ukuran saya yang kebetulan seorang perasa. Bagaimana tidak saya anggap kasar, ketika ia berucap: "si Megawawati", "si Surya Paloh" saat mempertanyakan peran kedua orang ini dalam kisruh KPK-Polri. Konon menurut dia kedua tokoh ini berperan menekan Presiden Jokowi sehingga terjadi kisruh.

Ratna tanpa tedeng aling-aling menyalahkan semua pihak, terlebih anggota DPR RI yang hadir di di acara ILC yang hebat itu. Penggalan kalimat yang saya ingat: "Terus mau apa kalian.... ingat kalian digaji rakyat lho," kata ratna bertanya dengan nada tinggi. Seakan dia sedang menghakimi orang-orang diantara semua yang hadir, khususnya anggota DPR dan pihak yang pro Budi Gunawan. Dan tentu saja dengan gaya theatrikal Ratna yang memukau di forum itu, ia mendapat tepukan yang riuh.

Namun, keadaan memang tak selalu berada di satu titik. Setiap hal ada titik klimaks dan juga ada titik dimana sebuah keadaan harus melorot. Begitu pun dengan ratna yang sempat menguasai panggung. Ia terpeleset ketika mengomentari reputasi Budi Gunawan. "Di sini Tuhan Bekerja. Seharusnya tidak perlu praperadilan, Budi Gunawan ini dari mulutnya sendiri kita tahu dia tak berkualitas jadi Kapolri. Dia bilang kalau dia tidak dilantik dia akan membongkar kecurangan Pemilu", begitu petikan yang bisa saya ingat dari ucapan Ratna ini.

Karni Ilyas mencoba menyela untuk mengoreksi: "ga ada dia bilang begitu" kata Karni. Tapi dengan yakin Rata berkata bahwa Budi Gunawan mengatakan hal itu dan dia baca di media. Ratna yakin sekali.

Setelah selesai aksi theatrikalnya Ratna, Kadiv Humas Mabes Polri, Ronnie Sompi meminta kesempatan klarifikasi bahkan mengoreksi kesaksian Ratna tentang ucapan Budi Gunawan. Di sela koreksi itu, Karni menjelaskan bahwa apa yang dibaca oleh Ratna adalah tulisan seorang 'netizen' di Kompasiana. (mungkin tulisan ini yang dimaksud).

Lalu, menyikapi klarifikasi Ronnie dan penjelasan Karni, dengan gaya theatrikal, Ratna menunjukkan sikap gentlewomen: "Lalu apa? Saya harus minta maaf? Ya.... saya minta maaf" ucap Ratna dengan mudah dan gampangnya. Mungkin tanpa penyesalan.

Saya sendiri bertanya-tanya apa yang sedang bergumul dalam batin seorang Ratna ketika tahu bahwa, ia hanya melontarkan isu atau rumor. Ya, rumors yang telah terlanjur ia ceritakan seakan fakta yang sangat yang meyakinkan. Dengan kemampuannya yang sangat piawai memilih cara ucap, memilih kata dan intonasi yang tepat ia telah bertindak selaku pengadil terhadap semua ketidak beresan.

Tapi dimata saya sebagai penonton, saya punya kesan tersendiri atas adegan ILC tadi malam. Khususnya mengenai seorang Ratna Sarumpaet.

Sekarang saya berpikir ulang, apakah benar ketika ia beretorika tentang kepeduliannya terhadap bangsa ini, sungguh dari lubuk hati terdalam, atau sekedar permainan theater belaka? Kenapa saya berpikir demikian? Baiklah akan saya ringkas pendapat saya, ada dua hal yaitu: pertama, ternyata apa yang menjadi pokok argumen Ratna sarumpaet selama ini adalah hanyalah keyakinannya pribadi mengenai sebuah keadaan. Dia tak beda dengan para pengamat amatir lainnya yang hanya mendalilkan rumor sebagai dalil pokok argumennya. Akan tetapi karena ia menggunakan gaya theatrikal dan retorika yang apik, ia lebih meyakinkan dari para pengamat amatir.

Kedua, saat salah seorang anggota DPR RI, Victor Laiskodas, membantah tuduhan bertubi-tubi Ratna yang selalu mengecam anggota dewan bahwa mereka digaji rakyat. Victor mengklarifikasi bahwa gajinya seluruhnya diberikan untuk keperluan masyarakat asalnya, yaitu NTT. Victor mengatakan bahwa ia datang ke DPR bukan karena gaji melainkan mengabdi untuk bangsa dan negara.

Saya tidak sepenuhnya percaya dengan cerita Victor tersebut. Namun berangkat dari argumen Victor, saya jadi bertanya, lalu hal konkrit apa yang telah dilakukan oleh seorang Ratna untuk keadaan bangsa dan negara yang menurut dia, telah membuat dirinya malu dan muak ini? Apakah dengan mengecam dengan kata-kata kasar serta menuding tanpa dasar, cukup membuat seorang Ratna menunjukkan bahwa ia telah memperbaiki negeri ini? Hmmm... hebat, hebat, hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun