Mohon tunggu...
Nabilla Zulfa
Nabilla Zulfa Mohon Tunggu... -

ASBI Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kemuliaan Hati Amélie

24 Mei 2015   08:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432431247310066357

Sebuah film berdurasi sekitar 122 menit ini berhasil membuat saya mengantuk dan memaparkan satu kata ‘bosan’ hanya dalam kurun waktu 20 menit pertama setelah film dimulai. Film ini disutradarai olehJean-Pierre Jeunet. Penggambaran detail dari setiap peristiwa cukup membuat saya tidak tertarik untuk melanjutkan menonton, karena tidak semua dari penggambaran detail itu berhubungan dengan alur cerita apalagi pada bagian awalanya, kecepatan terbang seekor lalat, dihapusnya alamat seseorang dari buku alamat, angin yang berhasil membuat gelas diatas taplak meja menari,  dan lain sebagainya.

Film Perancis yang diliris 2 November 2001 ini mengantarkan saya pada cerita seorang anak yang selalu menyendiri. Kesendiriannya inilah yang menyebabkan anak tersebut (Amélie) memiliki sikap yang aneh dan tidak ramah pada setiap orang. Perasaan yang timbul saat saya menonton film ini hanyalah tercengang. Apalagi pada saat kematian ibu dari Amélie akibat tertimpa Marguerite yang mencoba bunuh diri dengan terjun dari atap Gereja.  Mungkin peristiwa ini merupakan salah satu lelucon. Tetapi, saya tidak mendapatkan sedikitpun bahan untuk ditertawakan pada peristiwa tersebut.

Film yang dibintangi oleh Audrey Tautou (Amélie) ini lama-kelamaan berhasil membuat saya terjaga. Yap, saya akan menarik kata membosankan dalam film ini. Detail dari setiap peristiwanya adalah nilai hiburan yang bisa saya dapatkan. Penggambaran detail ini membuat saya mengeksplorasi lebih lanjut dari setiap tokohnya keluar dari alur cerita, seperti kesukaan ayahnya Amélie (Raphaél Poulain) mengupas wallpaper, kebencian Ibunya Amélie terhadap tangan yang keriput atau tangan yang bersentuhan dengan orang lain, Amélie yang selalu pergi ke bioskop pada hari Jumat dan senang mengamati wajah orang-orang saat film dimulai serta memperhatikan bagian kecil dalam film, dan lain sebagainya. Penggambaran detail ini juga membuka mata saya bahwa setiap tokoh di film tersebut memiliki hal kecil yang unik di luar batas wajar seperti film-film lainnya. Hal kecil ini justru mendominasi dan menjadi daya tarik tersendiri bagi film ini.

Penggambaran detailnya tidak hanya pada sisi cerita, tetapi juga pada sisi pengambilan gambar sebagai nilai artistik dari film ini. Pengambilan gambar yang dilakukan sebagian besar adalah secara dekat, sehingga penonton bisa benar-benar paham mimik dan raut wajah para tokoh secara mendalam. Selain itu, pengambilan gambarnya tidak hanya lurus mengenai suatu objek, terkadang justru dimiringkan, sehingga serasa benar-benar ditawarkan keindahan kota Montmartre secara utuh. Pengambilan gambar yang luas lalu terfokus pada suatu objek membuat saya terkesan karena mempermudah memahami situasi  dan kondisi dalam cerita.

Sebuah peristiwa besar yang mengubah hidup Amélie terjadi pada malam setelah kematian Lady Diana. Amélie menemukan sebuah kotak kaleng yang berisi mainan milik seorang anak yang tinggal di apartemennya 40 tahun lalu. Secara tidak langsung Amélie mengembalikan kotak itu dan membuat si pemilik merasa sangat bahagia menemukan kenangan kecilnya. Sejak saat itu Amélie mendedikasikan hidupnya untuk membuat orang-orang disekitarnya bahagia. Amélie akhirnya menemukan seseorang yang berhasil membuat jantungnya berdegup cepat. Namun, karena sikap Amélie yang pemalu hampir saja ia melewatkan kesempatan berharga untuk menggenggam cinta sejatinya itu. Berkat dorongan dari kakek tua yang tinggal berdekatan dengan apartemennya, Amélie kembali termotivasi untuk mengejar cinta sejatinya. Dalam film tersebut sang kakek memberikan video dengan kutipan kata motivasi sebagai berikut, “Jadi, Amélie kecilku, tulang-tulangmu tidaklah terbuat dari gelas. Kau bisa membuat dobrakan. Jika kesempatan ini kau lepas, pada akhirnya hatimu akan menjadi kering dan rapuh seperti kerangkaku. Jadi... pergi dan kejar dia.” Membuat orang-orang disekitarnya bahagia dan tetap berjuang keras meraih apa yang diinginkan adalah dua nilai moral yang saya dapatkan dari film ini.

Film ini mengajarkan saya untuk tidak menilai sesuatu berdasarkan sampulnya. Secara subjektif saya menyukai film ini. Kenapa secara subjektif? Ya, karena romantis adalah salah satu genre film favorit saya. Tidak hanya itu, secara objektif film ini juga dinilai luar biasa oleh para ahli dibidangnya. Sehingga takheran apabila film ini dapat meraih Cesar Awards di Perancis, European Movie Awards, BAFTA Awards  dan berhasil masuk nominasi dalam perebutan piala Oscar meskipun akhrinya pulang dengan tangan kosong.

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Le_Fabuleux_Destin_d'Am%C3%A9lie_Poulain

http://www.amadei33.com/2015/04/amelie-2001-france-brrip-1080p-yify_12.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun