Betapa excited-nya saya ketika pada pertengahan pandemi, Dream Theater mengumumkan bakal datang ke Indonesia. Tapi bukan ke Jakarta, melainkan Solo. Rute tur yang agak aneh membuat saya merasa konser kali itu lebih kepada make-up concert alias digelar karena rencana sebelumnya sempat batal.
Tanpa berpikir panjang, saya bulatkan tekad untuk pergi ke Solo. Semuanya berjalan begitu sempurna. Di situlah titik saya memantapkan diri untuk selalu hadir di konser Dream Theater jika mereka datang lagi pada masa depan, selama mampu dan memungkinkan untuk dikejar.
Sebab sejatinya, tidak ada kata cukup untuk melihat langsung para maestro.
The Alien, selalu punya tempat spesial di hati
Tak peduli berapa puluh masterpiece Dream Theater, trek pertama di album A View from the Top of the World, The Alien, akan selalu punya tempat spesial di hati saya.
Trek ini jadi pembuka di rangkaian tur album tersebut, sekaligus jadi lagu pertama Dream Theater yang penampilannya saya lihat langsung dengan mata kepala sendiri.
Tadi saya sempat bilang, perjalanan "ibadah" nonton Dream Theater ke Solo jadi debut yang sempurna untuk saya. Saya berhasil dapat spot paling depan, sehingga bisa bersandar pada safety barricades atau pagar pengaman, bahkan sekalian menjadikannya tremor untuk tangan saya yang mudah tremor.
Saat itu, saya berdiri di sisi kiri, berhadapan langsung dengan pembetot gitar bass John Myung.
Masih lekat di ingatan, detik-detik mendebarkan saat menunggu mereka muncul, ketika video teaser diputar, lalu satu per satu personil masuk ke panggung diikuti riuh penonton. Excitement saya memuncak ketika tabuhan drum eksplosif Mike Mangini membuka lagu The Alien, lagu penyabet Grammy sekaligus disebut-sebut punya time signature yang kompleks. Sempurna sekali menjadi pembuka konser. Seketika panggung jadi bermandikan cahaya.
Meski eskplosif, The Alien punya bagian solo gitar yang emosional -khas John Petrucci. Silakan bilang saya berlebihan, tapi solo pada bagian awal lagu, yang juga dimainkan pada bagian akhir, selalu membuat mata saya berkaca-kaca saking indahnya. Jangankan saat konser, bahkan saat saya mendengarkannya sehari-hari.
Meskipun sebetulnya, Dream Theater punya banyak lagu yang melodinya mengacak-acak emosi.