Mohon tunggu...
sisauza
sisauza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester berapa hayoo

Tujuan utama dalam setiap tulisan yang saya bagi adalah memenuhi kewajiban untuk mengumpulkan tugas ataupun UAS. Jadi mohon maaf jika masih banyak kekurangan dari tulisan saya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panic Buying Jilid 2: Beruang yang Diburu Masyarakat

6 Juli 2021   21:36 Diperbarui: 6 Juli 2021   22:24 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

03/07/2021 Merupakan hari pertama dimana kebijakan PPKM Darurat untuk pulau Jawa dan Bali mulai dilaksanakan. Namun, masyarakat sudah dibuat gempar dengan video yang menunjukan terdapat orang yang berebutan susu bear brand dengan berdesak-desakan  hingga salah satu trolly yang digunakan oleh pengunjung jatuh. Setelah video tersebut beredar luas diberbagai media yang ada, beruang ini mulai diburu oleh warga hingga rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan beruang tersebut. Hal ini tidak terjadi dalam satu hari saja, hari berikutnya tersebar pula video yang sama ditempat yang berbeda. Akibatnya, susu bear brandpun mulai jarang terlihat dipasaran dan pembelianya ditempat tertentu mulai dibatasi. 

Bila diingat kembali, pada awal pandemi yang melanda Indonesia terjadi fenomena yang sama dimana masyarakat mengalami panic buying terutama pada bahan pokok seperti beras, minyak, gula, masker, dan handsanitizer yang menyebabkan kelangkaan dari ketersediaan barang tersebut. Hal ini terjadi karena masyarakat melihat diberbagai media, terutama media massa dan media sosial bagaimana kondisi yang dialami oleh kota Wuhan pada saat itu dan kasus corona di Indonesia yang angkanya semakin bertambah. 

https://www.liputan6.com/
https://www.liputan6.com/
Dari deskripsi kasus diatas, bila dilakukan analisa dengan teori dependensi media, media massa dan media sosial telah menciptakan hubungan ketergantungan dengan khalayak sasaran dan menggunakan kekuatan tersebut untuk mencapai tujuan. Hal tesebut tidak serta merta terjadi begitu saja, masyarakat telah melewati empat tahapan berikut ini:
  1. Individu biasanya tertarik pada media yang menawarkan berbagi konten yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, seperti pemahaman, informasi, dan hiburan 

  2. Terdapat hubungan dengan intensitas yang berbeda dengan media tersebut, jika semakin intens maka rangsangan kognitif dan afektifpun semakin meningkat

  3. Kedua rangsangan tersebut akan memungkinkan pemrosesan dan penghafalan informasi 

  4. Keterlibatan besar semakin memungkinkan efek media pada individu di tingkat kognitif, afektif dan perilaku dalam jangka panjang. 

Efek yang ditimbulakan dari beredarnya berita diatas kepada individu terdiri dari, Pertama Efek Kognitif yang memperluas sistem keyakinan masyarakat, pada kasus ini masyarakat luas akan semakin yakin bahwa susu bear brand memiliki khasiat yang tinggi karena banyak orang yang membelinya. Kedua Efek Afektif, hal ini sama seperti efek kognitif namun individu menjadi lebih perasa. Selanjutnya pada efek ini masyarakat menjadi resah karena sudah banyak berita yang beredar bahwa banyak persediaan susu bear brand yang semakin langka. Ketiga Efek Behavioral, merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak untuk bertindak. Setelah merasa resah, dalam kasus ini masyarakat bertindak untuk mencari susu bear brand kemanapun hingga banyak orang yang mengalami panic buying yang berlebihan. 

 Sebenernya apa hubunganya panic buying sama teori dependensi media sih? Nah, jika kita lihat dengan seksama sejak awal pandemi masyarakat sangat mengandalkan media massa dan media sosial sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai situasi atau kebijakan yang sedang dijalankan contohnya PPKM Darurat seperti saat ini. Secara sadar ataupun tidak masyarakat sudah bergantung dengan media massa dan media sosial untuk mendapatkan informasi dengan melalui empat tahapan diatas. Berita mengenai banyak masyarakat yang berbondong-bondong membeli susu bear brand yang dianggap memiliki khasiat sebagai 'penanggkal virus corona' ternyata memberikan efek panic buying kepada masyarakat luas, banyak orang yang rela mengantri dan berebut susu bear brand ini tanpa mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, tidak sedikit orang yang mulai menimbun susu ini dan menjualnya di e-commerce dengan harga yang sangat jauh dari harga susu tersebut pada umumnya. Pada hal susu bear brand sama seperti merek susu lainnya, bahkan ada susu yang kadar gizi dan vitaminnya lebih tinggi dari pada susu bear brand. Seharusnya kita sebagai masyarakat harus mengerti bahwa panic buying sangat berdampak besar pada orang lain, mungkin saja kita tidak tahu bahwa diluar sana ada orang yang sangat membutuhkan susu ini namun dengan serakahnya kita simpan begitu saja untuk diri kita sendiri. Memang pada saat-saat seperti ini sifat kemanusiaan kita sangatlah diuji terutama dalam memanusiakan manusia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun