Mulai 6 Januari 2025, Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka resmi mengimplementasikan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini telah lama dicanangkan dan disuarakan oleh pasangan Prabowo-Gibran sejak masa kampanye pemilihan umum. Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting. Stunting sudah menjadi perhatian pemerintah sejak lama. Sesuai dengan prinsip pasangan nomor urut 02, Prabowo-Gibran akan melanjutkan visi misi dan program-program warisan Presiden Joko Widodo.Â
Dalam pidato kenegaraan menyambut hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2023 pada hari Rabu (16/8/2023), Presiden Jokowi menyampaikan bahwa stunting merupakan tantangan serius yang dihadapi Indonesia ketika menyambut bonus demografi. Stunting merupakan gagalnya tumbuh kembang anak dalam seribu hari pertama kehidupan akibat kekurangan gizi kronis. Sejak tahun 2018, Presiden telah memberi perhatian khusus pada isu stunting. Perhatian ini menjadi berlipat ganda dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yang mengatur tentang Percepatan Penurunan Stunting yang holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara pemangku kepentingan sebagai salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengurangi angka prevalensi stunting di Indonesia.Â
Pelaksanaan program MBG sendiri dalam bentuk penyaluran makanan dan susu gratis di sekolah-sekolah. Rencana sasaran utama tahun 2025 yakni ditujukan pada siswa SD, SMP dan SMA di berbagai daerah. Telah banyak diketahui masyarakat, program ini dianggarkan sebesar 71 Trilliun. Namun, anggaran MBG yang cukup besar tersebut tidak cukup dalam penanganan stunting. Stunting merupakan masalah multidimensional yang tidak hanya disebabkan oleh kurang terpenuhinya nutrisi saja. Menurut (Wahyuningsih, 2022) permasalahan stunting juga disebabkan oleh hal-hal berikut :Â
1) Kurangnya ilmu parenting orang tua, termasuk kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan seorang ibu pada masa kehamilan dan sesudah melahirkanÂ
2) Terbatasnya fasilitas kesehatan, termasuk Ante Natal Care (pemeriksaan kehamilan yang bertujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil) dan Post-Natal Care (Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu selama masa nifas dan pelayanan yang mendukung bayi yang dilahirkannya sampai berusia 2 (dua) tahun)
3) Terbatasnya akses pada makanan yang sehat dan bergiziÂ
4) Terbatasnya pada akses air yang bersih dan sanitasi yang baik.Â
Selain hal-hal diatas, kesehatan seorang ibu sebelum mengandung dan setelah melahirkan, postur tubuh sang ibu yang terlalu pendek, jarak kehamilan yang terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya, ibu yang masih terlalu muda (kehamilan remaja), terlalu tua, atau seorang ibu yang melahirkan banyak anak, ketidakcukupan nutrisi selama masa kehamilan, kurangnya pemberian ASI eksklusif, juga mampu menyumbang pada permasalahan stunting.
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan hal yang lebih dari sekedar pemberian makan bergizi gratis untuk penuntasan stunting. Menurut hemat penulis, berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah :
1. Meningkatkan akses pendidikan
Akses pendidikan di Indonesia belum dapat dikatakan merata dan terjangkau oleh seluruh kalangan. Untuk mengenyam pendidikan hingga tingkat sarjana, biaya yang dibutuhkan juga terbilang cukup mahal. Apalagi di era saat ini, hal ini diperparah dengan makin tingginya kualifikasi seseorang untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Dalam hal ini, orang berada di tengah keadaan yang kurang berkecukupan, kebanyakan dari mereka hanya mengenyam pendidikan dasar saja, sehingga sulit bagi mereka untuk mencari pekerjaan dengan upah diatas minimum.Â