Strategi 5M untuk Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan
Dengan dasar pemikiran di atas, penulis menggagas sebuah strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk pro-aktif dalam menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan dengan "Strategi 5M" yang terdiri dari:
1. Mendukung siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan pemajuan kebudayaan.
Pemajuan kebudayaan, sesuai UU No. 5 Tahun 2017, adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia, yang pengarusutamaan kebudayaannya dilakukan melalui pendidikan. Jika selama ini kegiatan yang bersentuhan dengan budaya erat kaitannya dengan ekstrakulikuler, sekarang guru bisa menyisipkan budaya dalam pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa bisa distimulasi untuk membuat antologi dengan tema kearifan lokal.
Dalam pelajaran Sosiologi, siswa bisa diminta untuk berbincang dengan tokoh masyarakat, serta dalam pelajaran IPA, siswa bisa diminta untuk meneliti pengetahuan maupun teknologi tradisional. Hal ini hanya sebagian contoh, penulis percaya guru bisa lebih kreatif dan inovatif. Tujuan daripada langkah sederhana ini adalah mengenalkan siswa dan memberikan pengalaman yang berkesan tentang budaya dan kearifan lokal.
2. Memaksimalkan teknologi.
Siswa yang saat ini tengah mengenyam pendidikan didominasi oleh Generasi Z. Sebagai generasi yang terlahir di era digital, internet dan teknologi menjadi kebutuhan utama bagi Gen Z (Nielsen, 2016). Tidak heran jika anak muda sekarang lebih cepat dalam menyerap teknologi terbaru. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi sekolah dan para guru untuk memanfaatkan digital education untuk meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya saja, guru dan sekolah bisa memanfaatkan banyaknya aplikasi pendidikan seperti RuangGuru, Bahaso, dan Zenius (materi RNPK 2018 dari Kominfo).
3. Menghidupkan impian siswa.
Salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan peran guru Bimbingan Konseling (BK). Guru BK acap kali terkesan sebagai "pemberi sanksi", padahal peran guru BK sangat sentral terutama sebagai konselor yang mendidik serta dalam pembentukan percaya diri siswa dalam menggapai impian dan cita-citanya.
4. Menyinergikan keterlibatan orang tua.
Mengacu pada Tri Pusat Pendidikan di atas, keluarga juga memiliki peran strategis untuk mendidik siswa. Salah satu upayanya adalah sinergi orang tua dengan sekolah. Baiknya, orang tua tidak hanya bersilaturahmi dengan sekolah dan guru saat pengambilan rapot atau saat pendanaan sekolah. Perlu adanya jalinan yang lebih intensif, misalnya dengan pertemuan dua atau tiga bulanan yang tujuannya adalah penyampaian materi dari sekolah serta konsultasi mengenai aktivitas belajar anak-anak di sekolah. Materinya darimana? Tidak perlu khawatir!