Mohon tunggu...
Nabilla Aulya Feby Arianti
Nabilla Aulya Feby Arianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

sayaa suka jajann dan jalann jalan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Benarkah KKN Mulai Hilang di Era Jokowi

29 Oktober 2024   00:33 Diperbarui: 27 November 2024   05:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) bukanlah hal baru di Indonesia. Praktik-praktik ini telah mengakar dalam birokrasi dan kehidupan politik kita sejak lama, bahkan sudah ada sejak era Orde Baru. Ketika Joko Widodo terpilih sebagai presiden pada tahun 2014, masyarakat berharap banyak. Dengan latar belakang sebagai wali kota dan gubernur, Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang sederhana dan bersih dari kasus korupsi. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul pertanyaan: Apakah KKN benar-benar berkurang di bawah kepemimpinannya, ataukah semua ini hanya janji yang tak terwujud?

Awal Kepemimpinan yang Penuh Harapan

Di awal masa jabatannya, Jokowi menjanjikan pemerintahan yang bersih, efektif, dan berfokus pada kepentingan rakyat. Ia menekankan pentingnya transparansi dan upaya memperbaiki birokrasi agar lebih sederhana. Langkah-langkah awalnya, seperti program blusukan dan memangkas prosedur administratif, menunjukkan upaya nyata untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat. Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Memiliki pemerintahan yang bersih bukan hanya tentang kebijakan yang populer, tetapi juga memerlukan reformasi yang mendalam dalam struktur lembaga negara. Jokowi harus berjuang keras untuk membersihkan birokrasi dan memastikan bahwa tidak ada celah bagi praktik KKN di semua level pemerintahan, dari pusat hingga daerah.

Revisi UU KPK yang Menimbulkan Kontroversi

Salah satu peristiwa paling kontroversial yang menggores citra pemberantasan korupsi di era Jokowi adalah revisi Undang-Undang KPK pada tahun 2019. Perubahan ini membuat banyak pihak khawatir bahwa KPK kehilangan kekuatannya. Beberapa kewenangan KPK dibatasi, termasuk dalam hal penyadapan dan independensi pegawainya. Meskipun pemerintah beralasan bahwa revisi ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme, masyarakat justru melihatnya sebagai langkah melemahkan lembaga. Banyak yang merasa bahwa langkah ini tidak sejalan dengan janji Jokowi untuk memperkuat pemberantasan korupsi. Terbukti, setelah revisi, beberapa kasus besar korupsi yang sebelumnya terungkap justru mengalami penanganan yang lambat.

Setelah revisi UU KPK, banyak masyarakat dan aktivis anti-korupsi merasa kehilangan harapan. Penurunan kasus yang ditangani oleh KPK menjadi sorotan, dan publik semakin skeptis terhadap komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi. Oleh karena itu, peran serta masyarakat dalam mengawasi lembaga ini menjadi sangat penting. Program edukasi publik mengenai hak-hak sipil dan pengawasan terhadap pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih kritis dan peka terhadap praktik-praktik korupsi.

Kasus-Kasus Korupsi di Pemerintahan Jokowi

Di tengah upaya reformasi birokrasi, beberapa pejabat di era Jokowi justru terjerat kasus korupsi. Salah satu contohnya adalah kasus korupsi bantuan sosial (bansos) yang terjadi saat pandemi COVID-19, melibatkan Menteri Sosial saat itu. Kasus ini menarik perhatian publik karena terjadi di saat masyarakat sangat membutuhkan bantuan. Skandal tersebut tidak hanya merusak kepercayaan masyarakat, tetapi juga menunjukkan bahwa praktik korupsi masih berlangsung, bahkan dalam situasi darurat. Selain itu, beberapa kepala daerah dan pejabat publik lainnya juga tertangkap tangan dalam kasus suap dan korupsi, yang semakin menunjukkan bahwa korupsi masih menjadi masalah besar, meskipun Jokowi telah berupaya untuk membenahi birokrasi dan memperbaiki tata kelola pemerintahan.

Masalah Nepotisme di Dalam Struktur Kekuasaan

Nepotisme juga menjadi sorotan dalam pemerintahan Jokowi. Kehadiran anak dan menantu presiden dalam dunia politik menimbulkan tanda tanya di kalangan masyarakat. Meskipun Jokowi menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam politik, banyak yang menganggap langkah ini sebagai bentuk nepotisme terselubung. Gibran Rakabuming, putra sulung Jokowi, terpilih sebagai Wali Kota Solo, dan Bobby Nasution, menantu Jokowi, menjadi Wali Kota Medan. Walaupun keduanya terpilih melalui proses demokrasi, keterlibatan mereka dalam politik tetap memicu pro dan kontra. Beberapa orang merasa bahwa ini menunjukkan adanya kekuatan dinasti politik yang bisa mengancam prinsip meritokrasi

Persekongkolan dalam Proses Pengadaan dan Kebijakan Publik

Praktik kolusi juga masih menjadi masalah dalam pemerintahan, terutama dalam proyek-proyek pengadaan barang dan jasa. Beberapa kasus menunjukkan adanya keterlibatan oknum pemerintah dan pihak swasta dalam menentukan pemenang tender secara tidak transparan. Skema seperti ini tidak hanya merugikan negara, tetapi juga menghambat kompetisi yang sehat di sektor swasta. Salah satu kasus mencolok adalah korupsi dalam proyek infrastruktur yang melibatkan sejumlah pejabat daerah. Meskipun Jokowi menekankan pembangunan infrastruktur sebagai program prioritas, pengawasan terhadap proyek-proyek ini masih perlu diperkuat agar tidak disalahgunakan untuk keuntungan pribadi.

Tantangan dalam Memberantas KKN

Pemerintahan Jokowi menghadapi tantangan besar dalam memberantas KKN. Salah satunya adalah resistensi dari dalam birokrasi itu sendiri. Banyak pejabat yang sudah terbiasa dengan budaya korupsi, sehingga perubahan memerlukan waktu dan komitmen yang kuat. Selain itu, penegakan hukum belum sepenuhnya berjalan efektif, terutama jika kasus melibatkan orang-orang berpengaruh. Di sisi lain, peran masyarakat sangat penting dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas. Sayangnya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum cenderung menurun setelah beberapa peristiwa, seperti pelemahan KPK dan lambatnya penanganan kasus-kasus besar.

Apakah KKN Sudah Berkurang

Meskipun terdapat beberapa langkah positif dalam pemerintahan Jokowi, seperti reformasi birokrasi dan digitalisasi layanan publik, praktik KKN masih sulit untuk diberantas sepenuhnya. Kasus-kasus korupsi, nepotisme, dan kolusi terus bermunculan di berbagai level pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa perang melawan KKN bukan hanya sekadar masalah kebijakan, tetapi juga komitmen yang konsisten dari semua elemen pemerintah dan masyarakat. Pada akhirnya, harapan untuk mengurangi KKN masih ada, tetapi memerlukan lebih dari sekadar janji. Dibutuhkan keberanian untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu, termasuk terhadap orang-orang terdekat di lingkaran kekuasaan. Selama praktik KKN masih terjadi, publik akan terus mempertanyakan seberapa serius pemerintahan Jokowi dalam mewujudkan pemerintahan yang benar-benar bersih.

Di era digital saat ini, teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Inisiatif pemerintah dalam menerapkan sistem e-Government merupakan langkah positif, tetapi harus diimbangi dengan pengawasan yang ketat. Contohnya, sistem pengadaan barang dan jasa berbasis digital dapat mengurangi peluang terjadinya kolusi dan korupsi. Namun, transformasi digital harus diikuti dengan pelatihan bagi pejabat publik agar mereka mampu memanfaatkan teknologi dengan benar.

Kesimpulan

Era Jokowi membawa harapan baru dalam pemberantasan KKN, tetapi perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan. Beberapa kebijakan dan langkah konkret telah diambil, tetapi masih banyak ruang untuk perbaikan. Kunci keberhasilan pemberantasan KKN terletak pada konsistensi dan keberanian untuk menindak tegas pelaku, siapapun mereka. Masyarakat juga harus terus mengawasi dan berperan aktif agar pemerintah tetap berada di jalur yang benar. Dengan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat, harapan untuk mengurangi praktik KKN di Indonesia dapat terwujud. Tanpa itu, tidak ada jaminan bahwa KKN akan berkurang, dan janji-janji yang diucapkan akan tetap menjadi sekadar wacana. Perjuangan melawan KKN adalah tugas bersama, dan hanya dengan kerjasama yang solid, Indonesia dapat mencapai pemerintahan yang lebih bersih.ritokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun