Dalam perjalanan spiritualitas Islam, kita seringkali menapaki lorong-lorong kebijaksanaan yang mendalam, dan di antara rahasia tersebut, tasawuf hadir sebagai pintu gerbang kekayaan batin. Meskipun istilah "tasawuf" belum menghiasa catatan sejarah pada zaman Rasulullah SAW, namun pesonanya tercermin jelas dalam jejak kehidupan beliau dan sahabat-sahabatnya. Di zaman Rasulullah SAW, istilah "tasawuf" memang belum dikenal. Sebaliknya, mereka akrab dengan konsep-konsep seperti zuhud dan wara'. Saat Imam Ahmad mengeksplorasi tasawuf dalam bukunya, ia menghadirkan judul yang menggoda, bukan "Kitab Al-Tashawwuf" tetapi "Kitab Al-Zuhd," mengulas tentang kehidupan yang sederhana.
Istilah "tasawuf" mungkin tak terpampang dalam Al-Qur'an dan hadis, tapi pesonanya tercermin dalam karakter Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Kebersihan jiwa, ketulusan dalam ibadah, dan semangat menyebarkan cahaya Islam begitu mencolok dalam kehidupan mereka. Ahl al-suffah, kelompok yang begitu indah dalam keberagaman spiritualnya, bangun untuk tahajud guna mendekatkan diri kepada Allah, membentuk pribadi mulia melalui ibadah dan sikap tulus.
Keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat, adalah kunci utama dalam tasawuf Rasulullah dan para sahabat. Pesona ini mencuat dalam sikap Ansar yang mengutamakan kepentingan sahabat Muhajirin di atas kepentingan pribadi mereka, seiring dengan pesan tegas Al-Qur'an (QS. Al-Hasyr [59]:9).
Rasulullah, sebagai sosok teladan, menekankan lima dasar kepribadian Muslim: akidah yang kokoh, menjadi inspirasi bagi sesama, mencintai ilmu dan mengaplikasikannya, ketekunan dalam ibadah, dan ketahanan dalam menghadapi ujian hidup. Beliau adalah bukti hidup dari kesempurnaan ajaran langsung dari Allah, menggambarkan harmoni antara sisi pribadi dan sosial dalam beragama.
Meskipun "tasawuf" mungkin tak berseliweran dalam kata-kata, ajaran ini diwahyukan dan tertanam dalam Al-Qur'an, dianjurkan melalui Sunah Rasulullah, dan diungkapkan dalam konsep al-ihsan. Praktik tasawuf merayakan kendali diri, keikhlasan, kedermawanan, dan ketulusan dalam pengabdian kepada Allah. Rasulullah dan para sahabat membuktikan bahwa tasawuf bukan hanya konsep, tapi sebuah gaya hidup yang menarik, menciptakan fondasi kokoh untuk menjalani kehidupan dengan seimbang antara dunia dan akhirat. Dengan membawa nilai-nilai tasawuf dalam perjalanan hidup kita, kita mengukir warisan spiritual yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H