Tahukah Kau, Putri...
Tak ada lagi kata, yang mampu mewakili tentang segala apa yang kurasa
Tak ada lagi tembang dan nada, yang bisa menyanyikan sejuta keindahan Tuhan
Hingga aku merasakannya, melalui sejuta pesona yang engkau tebarkan
Tahukah Kau, Putri...
Mataharipun akan malu dan enggan menampakkan sinarnya
Jika saja engkau, bersedia menampakkan sedikit saja kilau yang terpancar dari wajahmu
Senyummu-pun sudah cukup meneduhkan bumi, ketika purnama enggan lewati malam
Gemuruh badai di lautan akan segera diam dan tenang,
ketika lembut tutur katamu terucap, hingga gemanya membahana menyentak angkasa
Tahukah Kau, Putri...
Ketika langkahmu menyusuri bumi,
dan semua makhluk Tuhan merasa takjub
Merekapun berucap,
“Ya Allah, mengapa Engkau turunkan ia ke-bumi?
Bukankah langit lebih pantas baginya?
Ia terlalu berharga untuk tinggal di bumi yang fana ini
Akan tetapi, ya Allah, ijinkanlah kami untuk merasakan
sedikit saja anugerahmu yang engkau berikan kepadanya.”
Wahai Putri,
Dan di hari yang fitri ini, di mana semua manusia kembali suci
Ketika pintu maafpun satu persatu dibuka,
ingin rasanya aku bertanya padamu,
“Sudikah kau maafkan segala dosa dan salah yang pernah aku perbuat?”
“Maukah kau lupakan semua ucapan dan tingkah
congkak yang pernah aku lakukan?”
“Keberatankah kau jika aku mengatakan sekali lagi bahwa aku masih seperti dulu?
Masih seperti ketika aku mengatakannya beberapa tahun yang lalu.
Saat takbir bergema,
dan burung-burung merpati mulai terbang meninggalkan sarangnya,
Aku hanya mampu berdoa dan berharap pada-Nya
Ya..., Mungkin saja aku takkan pernah bisa memilikimu
Tapi ijinkanlah aku untuk mencintaimu
*Surat ini kutulis untuknya saat lebaran sembilan tahun yang lalu. Semoga ia mendapat tempat terbaik di sisiNya. Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fu'anha, Laha al fatihah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H