Mohon tunggu...
Muchamad Nabil Haroen
Muchamad Nabil Haroen Mohon Tunggu... -

Muchamad Nabil Haroen (lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 25 Juli 1984; umur 30 tahun), Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Majalah MISYKAT Lrboyo sejak 2004 hingga 2010. Hingga saat ini ia masih tercatat sebagai Pengurus PP LTN NU (Pimpinan Pusat Lajnah Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama). Sebuah lembaga yang menangani penerbitan di lingkungan PBNU dan tercatat sebagai Mustasyar (Penasehat) PCI NU Taiwan dan Hongkong. Saat ini juga mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tahukah Kau, Putri...

13 April 2011   10:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahukah Kau, Putri...
Tak ada lagi kata, yang mampu mewakili tentang segala apa yang kurasa
Tak ada lagi tembang dan nada, yang bisa menyanyikan sejuta keindahan Tuhan
Hingga aku merasakannya, melalui sejuta pesona yang engkau tebarkan

Tahukah Kau, Putri...
Mataharipun akan malu dan enggan menampakkan sinarnya
Jika saja engkau, bersedia menampakkan sedikit saja kilau yang terpancar dari wajahmu
Senyummu-pun sudah cukup meneduhkan bumi, ketika purnama enggan lewati malam
Gemuruh badai di lautan akan segera diam dan tenang,
ketika lembut tutur katamu terucap, hingga gemanya membahana menyentak angkasa

Tahukah Kau, Putri...
Ketika langkahmu menyusuri bumi,
dan semua makhluk Tuhan merasa takjub
Merekapun berucap,
“Ya Allah, mengapa Engkau turunkan ia ke-bumi?
Bukankah langit lebih pantas baginya?
Ia terlalu berharga untuk tinggal di bumi yang fana ini
Akan tetapi, ya Allah, ijinkanlah kami untuk merasakan
sedikit saja anugerahmu yang engkau berikan kepadanya.”

Wahai Putri,
Dan di hari yang fitri ini, di mana semua manusia kembali suci
Ketika pintu maafpun satu persatu dibuka,
ingin rasanya aku bertanya padamu,
“Sudikah kau maafkan segala dosa dan salah yang pernah aku perbuat?”
“Maukah kau lupakan semua ucapan dan tingkah
congkak yang pernah aku lakukan?”
“Keberatankah kau jika aku mengatakan sekali lagi bahwa aku masih seperti dulu?
Masih seperti ketika aku mengatakannya beberapa tahun yang lalu.

Saat takbir bergema,
dan burung-burung merpati mulai terbang meninggalkan sarangnya,
Aku hanya mampu berdoa dan berharap pada-Nya
Ya..., Mungkin saja aku takkan pernah bisa memilikimu
Tapi ijinkanlah aku untuk mencintaimu

*Surat ini kutulis untuknya saat lebaran sembilan tahun yang lalu. Semoga ia mendapat tempat terbaik di sisiNya. Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fu'anha, Laha al fatihah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun