Adikku ini lahir dua belas tahun yang lalu. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Ia dibesarkan oleh ibu yang sangat, sangat, dan sangat menyayanginya. Sejak kecil adikku ini selalu membanggakan kami, kakak-kakaknya. Kecerdasannya, ketangkasannya, dan segala apapun yang ada padanya, kami sangat menyayanginya. Bagi kami, adikku ini adalah sosok yang menjadi harapan dan membanggakan kami tentunya. Nah, tepat pada hari ini, dua belas tahun yang lalu tangis adikku ini memecah kesunyian dan menghadirkan senyum gembira bagi kami. Allah telah memberi kami adik yang mungil dan lucu. Namanya Muhammad Wajih Na'im Haroen. Muhammad Wajih adalah nama pemberian Gus Mus, idola kami. Na'im adalah nama pemberian H. Zakariyya (alm), kakek tercinta kami. Dan Haroen tentunya adalah nama ayah kami. Begitulah asal muasal adikku ini diberi nama. Meski sejak kecil -tepatnya saat usianya bermain dan menemukan jati diri- kami para kakaknya justru tidak ada di sampingnya. Bukan karena apa-apa, tapi memang karena masing-masing dari kami masih menuntut ilmu di empat tempat yang berbeda. Praktis, hanya komunikasi udara yang mendekatkan kami berempat dengan adikku yang satu ini. Dik Wajih, ada banyak sekali hal yang tidak bisa dikatakan. Misalnya, Ngecul dara, bal-balan, setinan, layangan, sampai main PS. Semuanya itu mengandung kesenangan yang bisa dipahami hanya dengan melakukannya. Dik Wajih tentu menyimpan banyak perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Kesulitan untuk mengungkapkan perasaan biasanya diekspresikan dalam dua hal: baik atau buruk. Mungkin selama ini Dik Wajih bingung mau ngapain tiap kali menyimpan perasaan aneh di dada. Saking bingungnya, ungkapan perasaan itu dilampiaskan dengan cara-cara yang mungkin susah diterima dan dipahami oleh keluarga dan Dik Wajih sendiri. Percayalah, jika kebingungan bertemu kebingungan maka yang terjadi ya serba tidak enak. Dik Wajih mesti tahu bahwa perasaan yang Dik Wajih punya saat ini adalah energi yang luar biasa besar dan dahsyat buat masa depan Dik Wajih. Energi itu sayang kalau digunakan untuk hal-hal yang mubazir. Mengapa begitu, seperti sering Dik Wajih lihat di film-film perang, Para Kesatria menang di medan pertempuran karena mereka tahu betul kemampuan dan kehebatan yang dimiliki. Strategi diatur untuk mengalahkan musuh. Ksatria akan kalah jika grusa-grusu dan sembrono. Lha, Dik Wajih mau menang atau kalah? Menang tho?! Kalau pengin menang, percayalah kalau Ibu, Mbak Wid, Mas Nabil, Mas Ofa, dan Mbak Nada siap jadi prajurit yang membantu ksatrianya sebisa mungkin. Asal ksatria Wajih pandai mengatur strategi dan tahu apa yang mesti dilakukan, tugas para prajurit menjadi lebih mudah. Dan kalau sudah begitu, pertempuran pasti bisa dimenangkan. Di hari ulang tahunnya ini, kami memang tak bisa mengantarkan padanya kue ulang tahun yang di atasnya tertancap lilin berangka 12. Hanya bait di bawah ini yang menjadi kado kami untuknya. " kami memang bukan kakak yang setiap hari mengatakan "Aku sayang Dik Wajih!" tapi tanpa kata-kata, kami telah mencintainya, merasa bangga padanya, menyayanginya dalam setiap langkah kami, dalam setiap detik kami kami tak pandai berkata-kata, tak pandai merangkai bahasa sehingga terkadang, bentuk sayang kami, perhatian kami dipahami berbeda.. tapi yakinlah Dik Wajih, setiap nasihat dan perhatian yang kami berikan lahir dari cinta yang tulus, merupakan perwujudan dari kasih sayang sebagai kakak kami sayang Dik Wajih kami mencintai Dik Wajih kami menaruh harapan besar pada Dik Wajih kami yakin Dik Wajih tidak akan mematahkan harapan kami itu karena Dik Wajih adalah seorang adik yang hebat, anak yang lahir dari Abah yang luar biasa dan Ibu’ yang mengagumkan maaf, jika selama ini kami belum bisa menampakkan cinta dan sayang itu dengan utuh di depan mata Dik Wajih setiap hari tapi percayalah, tak ada hari di mana kami tidak mencintai dan menyayangimu... " Semoga tulisan ini menjadi kado kecil untuknya. Hanya ini yang dapat kami berikan untuknya, meski tak bisa bersua. Kami, kakak-kakaknya, sangat menyayanginya. Kado Besar kami adalah harapan dan kebanggaan untuk Si Bungsu. Akhirnya, kami ucapkan, "Dik Wajih, selamat ulang tahun, kami menyayangi dan mencintaimu selalu!" Dari para kakakmu, Mbak Widad, Mas Nabil, Mas Ofa, Mbak Nada Abahku, H. Ahmad Haroen Asrori (alm) Jika kata maafku sebanyak air di samudera, itu belum cukup untuk meminta maaf kepada Abah... "Allahummaj'al qabrahu raudlatan min riyadli jinan" Foto keluarga saat lebaran hari pertama, dan untuk pertama kalinya kami sekeluarga berfoto bersama Inilah foto terbaru Bani Haroen (21 September 2009)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H