Mohon tunggu...
Nabil Hapiz
Nabil Hapiz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sociology Students, State Islamic University UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Infokan Healing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Indonenglish Mempengaruhi Budaya Lokal?

20 September 2024   21:18 Diperbarui: 20 September 2024   21:22 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar :Media Indonesia

Esai yang membahas tentang fenomena indonenglish, dengan menggunakan bahasa campuran antara bahasa indonesia dengan inggris ini sudah sangat marak di masyarakat indonesia yang tadinya bahasa tersebut hanya di gunakan di kalangan anak-anak jaksel "Jakarta Selatan" dan selebritis saja, berawal dari trend biasa saja sampai sekarang hampir kebanyakan masyarakat sudah menggunakan bahasa campuran indonenglish ini karna di anggap lebih gaul. 

Penulis memberikan contoh "sekarang kita susah menemukan ayam goreng, yang banyak malah fried chicken", seiring berjalannya waktu dan menyebarnya bahasa campuran indonesia-inggris ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi bangsa kita karna bisa menggeser bahkan menggantikan posisi bahasa-bahasa daerah atau mungkin bahasa indonesia itu sendiri, karena pada akhirnya sudah menjadi praktik berkomunikasi sehari hari. 

Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk memiliki kesadaran akan pentingnya bahasa dan budaya asli. Sementara Indonenglish mungkin memberikan kesan modern dan relevan, upaya untuk melestarikan bahasa Indonesia dan bahasa daerah tetap harus menjadi prioritas, agar identitas dan kekayaan budaya kita tidak hilang ditelan arus globalisasi.

Berangkat dari kekhawatiran penulis tentang bahasa indonesia yang hanya menunggu waktu untuk terkubur menjadi daya tarik tersendiri dari esai ini, dengan mengangkat tulisan yang berjudul "Sensasi Indonenglish Vs Pemajemukan Kebudayaan" masalahnya bukan hanya bangsa indonesia yang mengalami kejadian tersebut bahkan negara-negara di ASEAN terkena dampaknya. 

Apakah kita akan kehilangan kekayaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia? atau  bisa menemukan cara untuk mengintegrasikan elemen-elemen baru ini tanpa mengorbankan warisan linguistik kita. Esai mengenai Indonenglish ini seharusnya tidak berhenti pada fenomena ini berlangsung, tetapi juga bagaimana menjaga keseimbangan antara inovasi bahasa dan pelestarian budaya.

Konsep yang asing belum saya ketahui adalah konsep dari captive mind itu sendiri istilah yang di angkat oleh penulis dari Syed Hussein Alatas seorang sosiolog kelahiran Bogor dan berkarir di Malaysia. Konsep yang menjelaskan begitu mudahnya masyarakat terpengaruh oleh budaya asing, menggambarkan bagaimana pemikiran-pemikiran di negara berkembang, di sisi lain konsep yang sering saya ketahui bahkan mungkin sudah tidak asing terdengar di masyarakat  yaitu banyaknya pemakaian bahasa Indonenglish.

Fenomena Indonenglish ini mencerminkan pola atau proses pertumbuhan budaya dan komunikasi di indonesia. Namun terdapat beberapa kekurangan diantaranya adalah :

1.Penggunaan bahasa indonenglish ini dapat mengurangi kejelasan komunikasi, tidak sedikit orang yang kesulitan untuk memahami bahasa atau istilah yang di campur yang berdampak pada kesenjangaan antara generasi yang berbeda
2.Indonenglish mempunyai resiko terhadap fenomena ketidakpuasan terhadap bahasa indonesia serta kurangnya apresiasi terhadap bahasa lokal yang seharusnya di pertahankan dan di lestarikan
Meskipun Indonenglish mencerminkan kreativitas bahasa, penting juga untuk tetap menjaga keseimbangan antara penggunaan bahasa asing dan lokal.

Saya mengapresiasi penulis tentang penggunan bahasa dan tanda baca yang mudah dimengerti bagi para pembacanya, meskipun ada kosa kata yang belum di mengerti sebagian pembaca, di sisi lain saya mengapresiasi terhadap sudut pandang penulis yang sangat kritis untuk memperhatikan isu-isu yang sering kali di sepelekan. Namun alangkah baiknya jika di dalam esai tersebut terdapat solusi terhadap fenomena ini, serta kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam memelihara dan melestarikan bahasa lokal tanpa harus merusak kedua bahasa di tengah maraknya penggunaan bahasa campuran Indonenglish tersebut.

*ditulis untuk memenuhi tugas review mata kuliah Teori Sosiologi Modern yang mengangkat tema "Sensasi Indonenglish Vs Pemajemukan Kebudayaan" karya Bernando J. Sujibto dosen prodi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yokyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun