Mohon tunggu...
Nabil Fikri Ferdiansyah
Nabil Fikri Ferdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa unair

mahasiswa baru universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fisioterapi: Apa Itu, Sejarah, dan Prospek Kerja

9 Desember 2024   16:50 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:10 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Fisioterapi adalah profesi di bidang kesehatan yang bertujuan membantu pemulihan pasien dari cedera, sakit, atau disabilitas. Ahli fisioterapi disebut fisioterapis. Lewat fisioterapi, pasien dibimbing dan dibantu untuk mengembalikan kemampuan fungsional dan gerakannya. Fisioterapis juga bisa memberikan saran dan rekomendasi untuk menghindari cedera dalam aktivitas tertentu, terutama bagi atlet olahraga. Fisioterapis berbeda dengan dokter. Mereka kerap menjadi bagian dari tim di rumah sakit dalam program pemulihan pasien tertentu. Ahli fisioterapi juga bisa berpraktik secara mandiri atau bergabung dengan tim kesehatan suatu tim olahraga atau atlet. Fisioterapis bertugas menilai, merawat, dan mengelola berbagai masalah fisik terkait dengan sistem pernapasan, kardiovaskular, neuromuskular, dan muskuloskeletal tubuh manusia.

Sejarah fisioterapi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, ketika terapi fisik diperkenalkan melalui rumah sakit militer sebagai bagian dari perawatan tentara dan pejabat kolonial. Setelah kemerdekaan, kebutuhan akan fisioterapi meningkat, terutama dalam menangani epidemi polio pada tahun 1950-an yang menyebabkan banyak penderita membutuhkan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi gerak mereka. Pada tahun 1956, program pelatihan fisioterapis formal pertama kali didirikan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dengan dukungan dari World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF). Program ini menjadi cikal bakal pendidikan fisioterapi di Indonesia.

Pada tahun 1969, terbentuklah Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) yang kini dikenal sebagai Perhimpunan Fisioterapi Indonesia (PFI). Organisasi ini berfungsi untuk meningkatkan kompetensi dan memperjuangkan pengakuan profesi fisioterapis sebagai bagian integral dari layanan kesehatan. Dalam perkembangannya, berbagai universitas di Indonesia mulai membuka program studi fisioterapi, baik di jenjang diploma maupun sarjana, seperti Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Esa Unggul. Fisioterapi di Indonesia juga berkembang pesat dalam hal spesialisasi, seperti fisioterapi olahraga, pediatri, neurologi, dan geriatrik. Selain itu, peran fisioterapis semakin luas dalam layanan kesehatan primer, khususnya untuk pencegahan dan rehabilitasi pasien dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes, dan gangguan kardiovaskular. Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi dan pendekatan berbasis bukti (evidence-based practice) turut memperkaya metode fisioterapi di Indonesia, termasuk penggunaan alat-alat canggih seperti robotik dan elektroterapi. Saat ini, profesi fisioterapis di Indonesia terus berkembang untuk menghadapi tantangan global, seperti peningkatan populasi lansia dan penyakit degeneratif. Dengan dukungan regulasi pemerintah, termasuk peraturan terkait layanan fisioterapi dan pengakuan sebagai profesi mandiri, fisioterapi di Indonesia berkontribusi signifikan dalam sistem kesehatan nasional.

Bidang ini mencakup berbagai aspek, seperti anatomi dan fisiologi untuk memahami struktur tubuh, biomekanika untuk menganalisis gerakan, serta patologi untuk mengenali penyakit yang memengaruhi sistem muskuloskeletal, saraf, kardiovaskular, dan respirasi. Fisioterapis menggunakan terapi manual, seperti pijat dan manipulasi sendi, serta alat bantu seperti TENS atau ultrasound untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Selain itu, latihan terapi dirancang untuk memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas, dan memulihkan fungsi gerak. Bidang ini juga melibatkan rehabilitasi pasca cedera atau penyakit kronis, ergonomi untuk pencegahan cedera, serta komunikasi efektif dengan pasien untuk memahami kondisi mental mereka. Dengan pendekatan berbasis bukti dan teknologi terbaru, fisioterapi memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dan mendukung gaya hidup sehat.

Prospek kerja fisioterapi sangat luas dan terus berkembang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya rehabilitasi medis dan pencegahan penyakit. Fisioterapis memiliki peluang kerja di berbagai sektor, seperti rumah sakit umum dan swasta, klinik fisioterapi, pusat rehabilitasi, panti jompo, serta institusi pendidikan dan penelitian. Di bidang olahraga, fisioterapis berperan dalam mendukung performa atlet dan menangani cedera olahraga. Selain itu, fisioterapis juga dapat bekerja di perusahaan sebagai konsultan ergonomi untuk mencegah cedera kerja dan meningkatkan efisiensi karyawan. Di Indonesia, meningkatnya jumlah populasi lansia, tingginya angka kecelakaan lalu lintas, dan penyakit kronis seperti stroke dan diabetes membuka peluang besar bagi fisioterapis. Profesi ini juga semakin dibutuhkan dalam layanan kesehatan primer untuk mendukung program pemerintah dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Fisioterapis juga dapat membuka praktik mandiri atau klinik, dengan lisensi yang diatur oleh Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Fisioterapi Indonesia (PFI). Secara global, permintaan fisioterapis terus meningkat, terutama di negara-negara maju dengan populasi lansia yang tinggi. Menurut laporan dari Bureau of Labor Statistics (BLS) di Amerika Serikat, pekerjaan fisioterapis diproyeksikan tumbuh hingga 17% pada tahun 2031, jauh lebih cepat dibanding rata-rata profesi lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun