Jas putih terlihat mewah, tapi tak semewah hidupnya. Kerja kerasnya untuk menangani pasien bahkan telah membuat jas mewahnya menjadi lusuh. Bersiaplah menyambutnya di rumah ketika ia pulang. Jangan salahkan ia bila ia pulang larut malam. Mungkin ia mengalami hal-hal buruk di saat kerjanya. Mungkin ia telah kehilangan nyawa satu pasien yang berhari-hari dirawatnya. Mungkin ia dimarahi keluarga pasien karena dikira malpraktek, padahal telah mengerahkan seluruh perhatiannya untuk pasien tersebut. Mungkin ia menangani kasus-kasus tak lazim yang menyita pikiran, waktu, dan tenaganya seharian.
Jangan marah bila ia pulang dengan tangan hampa, atau bahkan boros mengeluarkan uang. Mungkin ada pasien yang tidak mampu membayar sehingga ia gratiskan ongkos pemeriksaannya, bahkan ia berikan uang untuk membeli obat. Itu semua karena ia tahu bahwa kesehatan adalah harta manusia yang tidak ternilai.
Bila kau sakit, ia akan segera mencarikan referensi tempat berobat yang terbaik. Mungkin engkau bertanya, mengapa aku tidak kau rawat saja di rumah? Ketahuilah bahwa ia tak tega merawatmu yang terbaring lemah seharian hanya dengan perawatan seadanya. Ia ingin pengobatan yang terbaik, meskipun harus meninggalkan semua pasiennya. Ia akan rela melakukan apasaja demi kesembuhanmu.
Jika suamimu seorang Dokter, maka ia bukan hanya milikmu, namun milik orang banyak. Ia tak bisa meluangkan semua waktunya hanya untukmu, karena beban hidupnya jelas : masyarakat harus sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H