Mohon tunggu...
Nabil Bachroin
Nabil Bachroin Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN 81 Unej Ciptakan Sistem Serba Otomasi untuk Inovasi Pendidikan

13 Agustus 2020   14:08 Diperbarui: 13 Agustus 2020   16:23 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan Mata Kuliah yang harus ditempuh untuk memenuhi persayaratan kelulusan di Universitas Jember. Program KKN yang diadakan oleh Universitas Jember pada tahun 2020 ini berbeda dengan program KKN sebelumnya, dikarenakan dengan adanya pandemi Covid-19 ini maka Universitas Jember memilih untuk mengadakan KKN dengan konsep yang berbeda. Program KKN yang diambil oleh Universitas Jember yaitu KKN Back To Village. Dengan demikian mahasiswa Universitas Jember tetap dapat melaksanakan kegiatan KKN dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, salah satunya yaitu tetap di rumah saja. Kegiatan KKN Back To Village hampir secara keseluruhan dilaksanakan secara daring (online). Penulis melaksanakan KKN Back To Village denagan mengambil salah satu topik yang telah disediakan oleh kampus, yaitu topik Inovasi Pendukung Pembelajaran Anak Sekolah saat Covid-19. 

Tempat KKN yang dipilih oleh penulis kali ini yaitu di Kelurahan Karangrejo sesuai dengan rekomendasi dari Bapak Jaka selaku Kades Kelurahan Karangrejo. Covid-19 telah memakan banyak korban di Kabupaten Jember, khususnya di Kelurahan Karangrejo setidaknya pada awal bulan Juli terdapat 31 warga telibat kasus Covid-19 dan 3 warga yang dikabarkan positif Covid-19, hal ini diperkuat pula pada media berita yang telah mengkonfirmasi adanya kasus tersebut. Hal ini membuat penulis tidak bisa bersikap apatis terhadap kasus ini, sehingga penulis menciptakan sebuah sistem otomatisasi yang diharapkan dapat menarik perhatian penduduk setempat agar membiasakan diri untuk mematuhi protokol yang ada. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui karena memang warga di Kelurahan Karangrejo kurang mematuhi protokol kesehatan, penyedia tempat cuci tangan tidak terlihat satu buah pun di Kelurahan ini. Sehingga langkah awal yang diambil penulis yaitu membuat sebuah alat yang diberi nama Automatic Hand Washing. Alat ini merupakan alat cuci tangan otomatis. Pada dasarnya alat ini berasal dari dispenser galon yang berdar di pasaran, namun agar alat ini mempunyai sistem kerja otomatis maka penulis memodifikasinya dengan menambahkan sebuah sensor infrared yaitu sensor Proximity. Sasaran dari sistem ini yaitu siswa/i sekolah dasar agar membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan. Setelah alat selesai dibuat dan kemudian dilakukan sosialisasi pengnalan alat pada warga. Tidak lama kemudian alat diletakkan di Kelurahan Karangrejo tepatnya pada Desa Sumber Beringin. Setelah alat selesai dipasang, ternyata benar bahwa sebuah sistem otomatisasi dapat menarik perhatian anak kecil untuk mencuci tangan. Hal yang tak terduga yaitu selain anak kecil yang menjadi sering cuci tangan ialah antusias warga sekitar. Dengan adanya alat Automatic Hand Washing ini, warga sangat senang dan tertarik pula untuk dipasang di rumah pribadinya sehingga hal ini semakin membuat penulis semangat untuk mengajarkan konsep dari alat Automatic Hand Washing kepada warga. 

dokpri
dokpri
Covid-19 juga berdampak pada pendidikan anak yang seharusnya dapat berjalan dengan baik secara tatap muka, kali ini kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Kurangnya pengetahuan warga terhadap teknologi pun menjadi alasan selanjutnya yang dapat menghambat pembelajaran. Sedangkan seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan tekologi dibidang pendidikan, perekonomian, dan hampir di semua bidang dangat berkembang secara pesat. Hal yang disayangkan pada pendidikan di Indonesia menurut penulis adalah kurangnya mata pembelajaran di sekolah dasar atau pun di sekolah menengah pertama yang dapat menambah wawasan siswa/i dan bahkan mungkin dapat membuka pikiran siswa/i tersebut. Hal ini membuat penulis berkeinginan untuk membantu membangun Negeri dengan memanfaatkan program KKN Back To Village yang telah difasilitasi oleh kampus Universitas Jember. Pada kesempatan ini penulis mengambil jalan untuk membuat sebuah sistem pembelajaran  melalui alat, alat yang dibuat yaitu sebuah mainan mobil yang dapat dikontrol melalui android dengan media transmisi data berupa sensor Bluetooth  dan alat ini diberi nama Robot Mobile Control. Dari kegiatan pertama dalam sosialisasi Robot Mobile Control sudah begitu terlihat bahwa anak kecil sangat tertarik pada sistem pembelajaran seperti ini, mereka sebagai sasaran dapat memahami materi yang diberikan dengan bantuan simulasi video. Kemudian saat kegiatan kelas selanjutnya yaitu Pengujian dan Praktek pada Robot terlihat bahwa mereka sudah tidak sabar akan kegiatan ini dimana mereka mempraktekkan langsung pada robotnya. Dengan melihat begitu semangatnya sasaran dalam mengoperasikan robot, saling berbagi pendapat dengan temannya hal ini membuat penulis menjadi bangga atas proker yang sudah dilaksanakan. Keesokan harinya Bu Misnatun selaku Bu RW 16 mengatakan "Sampean tidak salah membuat proker seperti ini mas, mulai tadi pagi anak-anak sudah minta bermain robotnya lagi". Ucapan beliau sangat memotivasi saya untuk terus memberi edukasi tentang teknologi kepada anak-anak melalui robot tersebut. Suatu hari juga Bu Misnatun menegaskan bahwa proker KKN yang begini inilah yang ditunggu-tunggu oleh beliau, karena media pembelajarannya membuat daya tarik tersendiri pada anak-anak.

dokpri
dokpri
Adapun permasalahan lain yang diangkat oleh penulis yaitu tentang rendahnya pendidikan moral pada anak kecil. Hal ini berdasarkan pengamatan yang menggambarkan dari ucapan anak -- anak yang kurang sopan terhadap orang yang lebih tua, selain itu perilaku sebagian anak disana juga menunjukkan bahwa kurangnya bimbingan oleh orang tuanya. Hal ini membuat penulis ingin membantu dalam rana pendidikan moral tersebut, namun dengan cara yang berbeda. Penulis memilih cara dengan menciptakan sebuah alat kembali yang diberi nama Smart Door. Alat ini merupakan alat yang dipasang dibagian pintu, dimana sistem kerja dari alat ini yaitu ketika ada orang yang masuk rumah maka alat ini akan memberikan suara do'a masuk rumah, dan ketika ada orang yang keluar rumah maka alat ini akan mengucapkan do'a keluar rumah. Sistem kerja alat ini dilengkapi dengan 2 buah sensor jarak yang mempunyai prinsip kerja berdasarkan pantulan suara ultrasonik dari sensor jarak tersebut sehingga dapat membedakan orang yang melewati apakah arahnya masuk ruangan atau keluar ruangan. Ketika alat ini selesai di uji coba, hal ini sudah menarik perhatian warga. Saat pertama kali alat ini diperlihatkan sudah terdapat 1 warga yaitu Bu Summah yang mengatakan bahwa beliau juga ingin alat ini dipasang di rumahnya karena beliau mempunyai 2 cucu kecil yang diharapkan pula mereka menjadi terbiasa membaca do'a saat keluar  atau masuk ruangan. Tentu saja hal ini membuat penulis berencana memasang alat ini dirumah Bu Summah juga. Namun alat Smart Door ini secaara tampilan masih perlu dikemas lagi agar menjadi lebih simple dan indah saat dilihat, sehingga alat ini sampai berita ini ditulis masih dalam pengembangan dan akan segera dipasang kembali di pintu rumah sasaran. Saat Smart Door ini disosialisasikan pertama kali, alat ini sudah mampu membuat banyak orang sadar bahwa pentingnya pembelajaran do'a keluar dan masuk ruangan. Selain itu, saat alat ini pertama kali diuji coba sudah mampu membuat orang disekitarnya berusaha untuk menghafal  do'a keluar dan masuk ruangan. Semoga saja semua proker yang telah diajukan oleh penulis dapat dimanfaatkan dengan baik. 

dokpri
dokpri
Hanya sebagai informasi tambahan saja bahwa saat penulis melakukan serangkaian kegiatan KKN, penulis juga mendapat proker tambahan dari desa yaitu pembuatan tugu pembatas di RW 16 tersebut. Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh penulis untuk membantu perkembangan desa melalui pembuatan tugu dan untuk memperkuat silaturahmi dengan warga. Tidak lupa pula tentunya dalam pembuatan tugu tersebut tertuliskan "KKN UNEJ 2020", menurut Bapak Marzuki selaku Bapak RW mengatakan tulisan ini dibutuhkan sebagai tanda bahwa dalam pembuatan tugu tersebut tidak terlepas oleh bantuan mahasiswa KKN UNEJ tahun 2020 (Nabil Bachroin/KKN 81/Jember-Karangrejo/HA). 

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun