Mohon tunggu...
Nabila Zahra Nisa
Nabila Zahra Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student majoring in Education

I like to eat but I don't want to get fat. Love exploring nature and finding human stories in it. Shoot to share the other side of life.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Ilmu dan Kehidupan

1 Desember 2024   21:40 Diperbarui: 1 Desember 2024   21:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena roda hidup selalu berputar (Sumber: tabungwakaf)

"Nimo," suara kakek buyutnya kembali memecah keheningan. "Aku tahu perasaanmu. Pergi ke kota bukanlah hal yang mudah. Tapi ingat, kadang kita harus meninggalkan kenyamanan untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ilmu itu tidak bisa ditemukan hanya dalam satu tempat, dan perjalanan hidupmu baru dimulai. Keberanian untuk melangkah, untuk berubah, adalah bagian dari pencarian ilmu yang hakiki."

Nimo mengangguk, meskipun hati kecilnya masih terasa ragu. Ia sudah mencintai desa ini. Mencintai kedamaian yang ditawarkannya. Mencintai kebersamaan dengan orang-orang yang mengenalnya sejak kecil. Namun, ia juga tahu, ia tidak bisa terus tinggal dalam kenyamanan yang sama jika ingin berkembang. Ia harus mengubah arah, mencari sesuatu yang lebih, yang mungkin hanya bisa ia temukan di luar sana.

Keputusan itu akhirnya datang. Beberapa minggu kemudian, dengan hati yang penuh keraguan dan semangat yang baru, Nimo memutuskan untuk pergi. Ia berbicara kepada orangtuanya tentang niatnya untuk pindah ke kota besar, melanjutkan pendidikannya di sana. Orangtuanya, meskipun berat, memberi restu. Mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil Nimo untuk meraih impian yang lebih besar.

"Sebelum kamu pergi," kata ibunya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, "jangan lupa untuk selalu menjaga adab dan iman. Di kota besar itu, dunia bisa sangat menggoda, dan hanya dengan ilmu yang benar, kamu akan bisa menjaga dirimu."

Ayahnya menambahkan, "Kota besar memang menawarkan banyak kesempatan, Nimo. Tapi ingat, semakin banyak ilmu yang kamu dapat, semakin besar pula tanggung jawabmu untuk menggunakannya dengan bijak. Jangan pernah lupakan nilai-nilai yang kita ajarkan di sini, di desa ini."

Setelah berpamitan dengan orangtuanya, Nimo memulai perjalanan panjang menuju kota. Ia tidak hanya membawa pakaian dan perlengkapan belajar, tetapi juga membawa harapan besar. Harapan untuk menemukan ilmu yang bisa membantunya memahami dunia dengan lebih baik dan mendekatkan dirinya kepada Allah.

Perjalanan menuju kota juga bukanlah hal yang mudah. Nimo harus melewati jalan-jalan yang jauh dan kadang berbahaya. Namun, setiap langkah yang ia ambil membawa rasa ingin tahu yang semakin besar. Ia tahu bahwa tantangan di depan mungkin lebih berat, tetapi ia siap menghadapi semuanya.

Setibanya di kota, Nimo langsung merasakan perbedaan yang signifikan. Di desa, ia sudah terbiasa dengan suasana yang tenang dan akrab, namun di kota ini, semuanya terasa begitu ramai dan sibuk. Gedung-gedung tinggi menjulang, kendaraan berderap di jalan, dan manusia berlalu-lalang dengan tujuan yang jelas. Di sini, Nimo merasa kecil, namun di sisi lain, ia merasa ada peluang besar yang menunggu di depan.

Hari pertama di kota, ia langsung menuju ke sebuah universitas yang terkenal. Nimo memilih untuk melanjutkan studi di bidang ilmu agama dan filsafat, dua bidang yang selalu membuatnya penasaran. Ia bertemu dengan berbagai mahasiswa dari berbagai latar belakang, yang sebagian besar jauh lebih berpengalaman dalam berbagai hal. Mereka berbicara dengan lancar tentang teori-teori filsafat, sains, dan kebudayaan yang seringkali asing baginya. Namun, Nimo tidak gentar. Ia tahu bahwa ia datang untuk belajar, dan ia tidak akan berhenti sebelum menemukan apa yang ia cari.

Setiap hari, ia menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan universitas, membaca berbagai buku, dan bertanya kepada para dosen dan teman-teman sekelasnya. Meskipun kadang merasa kesulitan, ia tidak pernah mundur. Semangatnya terus membara, dan satu hal yang selalu ia ingat adalah pesan kakeknya, "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina." Meski hadis itu dho'if, namun makna yang terkandung di dalamnya begitu kuat. Ilmu itu tidak mengenal batas. Dan ia bertekad untuk menuntut ilmu, apapun rintangannya.

Seiring berjalannya waktu, Nimo semakin mengenal kota ini. Ia mulai merasa nyaman, meskipun kerinduannya pada desa dan keluarganya tetap ada. Ia merasa semakin yakin bahwa keputusan untuk pergi ke kota besar adalah langkah yang tepat. Ilmu yang ia temukan di sini jauh lebih luas daripada yang ia bayangkan. Namun, ia juga menyadari bahwa dunia ini penuh dengan godaan yang bisa mengalihkan seseorang dari tujuan sejatinya. Kadang, ia merasa tersesat dalam hiruk-pikuk kota yang penuh dengan berbagai kemewahan dan kehidupan yang sangat berbeda dengan desa kecilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun