Mohon tunggu...
Nabila Yumedika Shanda
Nabila Yumedika Shanda Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Saya menulis tentang banyak hal, baik mengenai diri sendiri, lingkungan dan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Novel Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam; Sebuah Adat yang Mengatur Perempuan

10 Januari 2024   15:09 Diperbarui: 10 Januari 2024   15:25 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Perempuan Yang Menangis Kepada Bulan Hitam

Penulis: Dian Purnomo

Kota Penerbit: Jakarta

Nama Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 300 halaman

Tahun Terbit: 1 Mei 2021

Ringkasan: Novel ini menceritakan mengenai seorang gadis yang berasal dari Sumba bernama Magi Diela, Magi yang dahulunya sempat berkuliah di Jawa dengan lulus sebagai sarjana pertanian, dan saat ini bekerja sebagai penyuluh pertanian di desanya, hingga suatu ketika sebuah adat merenggut hidup dan harga dirinya, adat yang dinamakan yappa mawine, atau kawin culik atau kawin tangkap, sebuah adat tradisi yang biasa dilakukan dan dianggap wajar di desanya, Magi menjadi korban dari adat itu, ia di culik, di perlakukan seperti binatang, mirisnya lagi adalah bagaimana keluarga Magi tidak bisa menolak dan melawan, karena bagi mereka adat tradisi tersebut sudah di atur oleh leluhur, dan pamali jika ditolak, Novel ini menceritakan bagaimana Magi perempuan dari Sumba, berusaha melawan adatnya sendiri, melawan padangan masyarakat yang menyudutkannya, bagaimana Magi menyelamatkan dirinya dari kekerasan seksual, pelecehan, penculikan, Magi yang berusaha memperlihatkan pada semua orang bahwa ada adat yang dipertahankan tapi ada juga adat yang harus ditinggalkan, novel ini tidak hanya membahas mengenai kehidupan pelik Magi Diela, tapi juga tentang perempuan perempuan yang ia temui selama pelarian dirinya, begitu banyak perempuan yang diperlakukan seenaknya, di seret di pukul dan diperlakukan seperti binatang. Magi yang berusaha mencari keadilan dna perlindungan untuk dirinya, saat suara perempuan di rumahnya sendiri tidak ada artinya, Magi mencari keadilan di kota lain, saat ia kembali ke desanya, berharap semua sudah membaik, tapi kenyataan yang ia terima malah semakin menghancurkan dirinya, Magi kembali ke pelukan Leba Ali orang yang jauh lebih tua dari Magi, orang yang telah menculiknya, Leba Ali yang dikenal kasar dan suka bermain perempuan, saat Ayahnya sendiri menawarkan Magi kembali kepada Leba Ali, dengan alasan Magi sudah dilecehkan dan tidak akan ada laki-laki yang ingin menikah dengannya, saat Magi saling jatuh cinta dengan Dangu sahabat masa kecilnya sekaligus orang yang membantu Magi dalam menegakkan keadilan, tapi karena mempunyai marga yang sama, cinta mereka dianggap dosa sebab bersaudara. Di dalam novel ini membahas segala tentang adat dan perempuan.

Kelebihan: Novel ini membahas sebuah kasus yang masih relevan hingga saat ini, kawin tangkap atau kawin culik yang terjadi di daerah Sumba, penulis berusaha menyuarakan keresahan hati para perempuan Sumba mengenai adat yang tidak masuk akal dan merugikan perempuan, yang menarik dari novel ini adalah tentang bagaimana adat kawin culik tersebut sampai hari ini masih marak terjadi, pemikiran masyarakat tentang adat yang tidak patut dipertahankan masih kurang, dalam bagian novel saat Magi Diela berusaha mengakhiri hidupnya dengan menggigit urat nadinya, sang penulis menjelaskan bahwa ia telah melakukan riset terlebih dahulu dengan seorang dokter, apakah mungkin seseorang bisa meninggal dengan menggigit denyut nadinya hingga putus? Penulis menjelaskan hal itu bisa saja terjadi, bagaimana sang penulis menambahkan hal hal yang baru dalam novel ini. Novel ini menarik karena juga dilengkapi gambar-gambar saat sang penulis menetap di Sumba

Kekurangan: Kekurangan novel ini banyak menampilkan kekerasan seksual, novel ini juga memberikan triger warning pada sampulnya, memang harus bijak untuk memilah siapa yang akan membacanya, selain itu di novel ini juga menggunakan bahasa Indonesia dengan campuran bahasa daerah Sumba, ada beberapa bagian dalam bahasa daerah yang tidak mempunyai terjemahannya, jadi ada kesulitan dalam memahami percakapan pada tokoh. Endingnya yang kurang menjelaskan penyesalan Ayah Magi.

Kesimpulan: untuk keseluruhan novel ini lebih menjelaskan bagaimana kehidupan perempuan Sumba, yang masih di atur oleh adat tradisi, sekaligus menyuarakan perempuan yang masih belum merdeka atas dirinya, kepercayaan masyarakat terhadap tradisi yang mereka anggap suci dari leluhurnya, padahal adat itulah yang menghancurkan kehidupan perempuan di keluarga mereka, novel ini dikemas dengan sangat rapi, cover yang unik dengan warna pink yang mencolok, walaupun terdapat beberapa kosa kata bahasa Sumba yang tidak diterjemahkan, tapi secara keseluruhan masih dapat dipahami, novel ini sangat bagus dan tidak terlalu mencolok dalam kekurangannya.

Oleh Nabila Yumedika Shanda (2210721002)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun