Pantai Air Manis, merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di kota Padang dengan legenda malin kundangnya, perjalanan menuju kesana cukup jauh dari pusat kota. Tempat saya lahir dan tumbuh besar, sekarang jalan menuju tempat itu sudah ramai, jauh lebih baik dari beberapa tahun belakangan, saya masih ingat bagaimana akses menuju Pantai Air Manis begitu sulit dahulunya, sekarang pembangunan café dan tempat makan sudah ada di mana-mana dan menjadi tempat bersantai bagi wisatawan.
Saat saya datang ke sana, saya merasakan banyak sekali perubahan, perkampungan yang dahulunya sepi, kini sudah menjadi ramai hampir setiap harinya, karena tidak hanya sekadar untuk melihat batu malin kundang yang ikonik, wisatawan juga lebih senang untuk duduk di tepi Pantai dengan menyaksikan pemandangan matahari tenggelam, dan saya melihat sekarang malin kundang justru sepi pengunjung.
Rumah saya terletak dekat sekali dengan gerbang pintu masuk menuju Pantai, terkadang saya biasa duduk di luar untuk sekadar melihat kendaraan keluar masuk dari gerbang, sambil berpikir apa yang akan terjadi jika malin kundang tidak pernah ada? Apakah perkampungan tempat saya tinggal sekarang akan dilupakan orang lain, atau bahkan tidak terlihat? Entahlah terkadang saya berpikir tidak tentu arah.
Saat asik melamun saya dikejutkan dengan kedatangan tetangga saya, beliau sering saya sapa dengan panggilan Uwo, perempuan lanjut usia itu memang sering berkunjung ke rumah saya, hanya sekadar untuk mencari teman mengobrol, sudah seperti nenek bagi saya.
“Kenapa melamun?” tanya Uwo
“Tidak apa-apa, hanya sedang memikirkan apa yang membuat orang lain tertarik untuk datang ke kampung kita, selain untuk melihat malin kundang, bukannya Pantai di tempat lain lebih bagus?” jawab saya.
“Orang-orang itu hanya tau legenda, tidak tahu sejarah, kamu tau kenapa kampung kita disebut Air Manis?” tanya Uwo lagi.
Saya terdiam cukup lama, saya sempat berpikir seperti itu tapi saya tidak berusaha mencari tahu bagaimana kampung tempat saya besar selama ini di beri nama Air Manis, tapi sekarang saya jadi penasaran, saya mulai menunjukkan rasa ingin tahu saya dengan memperbaiki duduk dan melihat kea rah Uwo yang sudah siap bercerita.
“Dulu ada sebuah sumur, sumur itu di isi dengan air yang sangat manis, saking manisnya tentara Belanda yang dahulunya menjajah di sini bisa meninggal dunia karena terlalu rakus meminum air itu, mereka mati karena terlalu kenyang” penjelasan Uwo.
“Jadi air manis itu benar-benar ada? Lalu di mana sumur itu sekarang Uwo?” saya cukup penasaran.