“Sumur itu terletak jauh di dalam hutan di ujung malin kundang, dulu Uwo pernah ke sana, masih di rawat oleh warga kampung ini, tapi sekarang sudah hilang entah kemana, Uwo pernah mencoba untuk pergi ke sana, tapi jalannya sudah tidak terlihat, sudah rimbun berbentuk Semak yang rimbun, hilang sudah” Uwo menjelaskan dengan sangat menggebu-gebu.
Saya terpana mendengar bagaiaman Uwo menjelaskan asal muasal nama kampung saya ini, rasanya saya ingin sekali berangkat ke sana dan mencari sumur yang Uwo bilang, tapi bagaiamana beliau menjelaskan bahwa jalan menuju tempat itu saja sudah tidak berbentuk lagi. Saya sudah tidak punya nyali untuk datang.
“Lalu apa dahulu orang mengkonsumsi air di sumur itu Uwo?” tanya saya.
“Iya, tapi sekadar nya saja, tidak boleh berlebihan, itulah kenapa kampung kita dinamakan Air Manis, sebab memang ada sebuah sumur yang airnya manis” penjelasan Uwo lagi.
Sejujurnya ada banyak hal yang ingin saya tanyakan lagi, terkait kampung tempat saya tinggal ini, tapi saya rasa saya sudah kehilangan kesempatan itu karena Uwo sudah di panggil oleh teman mengobrolnya yang lain, seorang perempuan paruh baya lainnya, saya tidak berniat untuk bergabung dalam obrolan itu, karena mereka pasti membicarakan terkait tetangga yang menyebalkan atau cerita hangat dari ibu-ibu lainnya, sebaiknya saya kembali masuk ke dalam rumah.
Saat sedang berbaring sebentar di dalam kamar, saya mendengar dari cerita ibu-ibu di teras rumah saya, mereka mengatakan ada seorang peremouan muda yang meninggal dunia setelah pergi dari Pulau Singaciak. Saya langsung keluar untuk mendengar info lebih lanjut.
“Dia pergi ke Pulau Singaciak dengan dua orang temannya, saat itu Pulau Singaciak sedang kering, tiba-tiba saat menyusuri Pulau Singaciak, perempuan itu mendadak kejang dan mengeluarkan busa, dia langsung di bawa ke Rumah Sakit, dua hari setelahnya dinyatakan meninggal dunia” begitu penjelasan Etek Upiak
Saya tidak merasa heran lagi jika air laut sedang surut, banyak wisatawan yang datang ke Pulau Singaciak untuk melihat-lihat pulau itu, tapi baru kali ini saya mendengar cerita seperti itu, dari yang saya dengar perempuan yang meninggal itu sebaya dengan saya, dia juga seorang mahasiswa seperti saya.
“Kenapa bisa begitu ya Tek?” tanya saya
“Mungkin dia kancang kataguran, dia tidak sengaja menginjak penghuni ghaib di Pulau itu” penjelasan Aci
Sudah tidak mengherankan lagi bahwa masyarakat di kampung saya masih mempercayai hal-hal seperti itu, tapi ada benarnya juga, Pulau Singaciak merupakan salah satu pulau yang berada di dekat Pantai Air Manis, pulau tersebut tidak terlalu luas, tapi memang jika pasang surut banyak pengunjung datang ke sana, bukan tentang mitos tapi tentang bagaimana kita bisa menjaga sikap untuk datang ke sebuah tempat baru, saya sedih mendengar berita seperti ini, terakhir kali saya datang ke pulau itu saya di buat terpana dengan pemandangannya yang indah, karang laut yang masih banyak, dan deburan ombak yang membuat saya tenang, tapi kembali lagi bagaimana setiap orang bisa menjaga diri dan tingkah laku, saya harap setelah kejadian ini Pulau tersebut tidak semata-mata ditinggalkan begitu saja, sebab, saya masih ingin kembali ke sana untuk sekadar menikmati laut yang sama birunya dengan hati saya.