"Toleransi beragama merupakan fondasi penting untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis, terutama dalam negara yang majemuk seperti Indonesia. Dengan menghormati perbedaan keyakinan dan memastikan kebebasan beribadah, kita dapat membangun kehidupan bersama yang saling mendukung meskipun terdapat perbedaan agama."
Indonesia adalah negara yang dikenal dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika," yang mencerminkan keberagaman agama, budaya, dan suku bangsa. Namun, keberagaman ini sering kali dihadapkan pada tantangan, terutama terkait toleransi beragama. Toleransi bukan hanya soal menerima keberadaan agama lain, tetapi juga menghormati hak setiap individu untuk menjalankan ibadahnya sesuai keyakinan masing-masing. Sebagai masyarakat yang berlandaskan Pancasila, upaya untuk menjaga toleransi beragama menjadi tanggung jawab bersama.
Toleransi beragama dapat dilihat dari contoh nyata seperti di Aceh, daerah dengan mayoritas Muslim yang menerapkan syariat Islam. Meskipun demikian, beberapa gereja tetap dibangun dan diizinkan beroperasi, khususnya di wilayah dengan komunitas Kristen. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk menjaga kerukunan antar umat beragama sesuai dengan undang-undang yang menjamin kebebasan beragama. Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa setiap warga negara berhak memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinannya. Namun, implementasi di lapangan sering menemui tantangan, seperti penyerangan terhadap Gereja St. Lidwina di Yogyakarta pada 2018, yang menunjukkan bahwa intoleransi masih menjadi masalah.
Dalam pandangan Islam, toleransi beragama adalah nilai yang sangat dianjurkan. Al-Qur’an, melalui Surat Al-Kafirun, mengajarkan prinsip hidup berdampingan: "Bagimu agamamu, bagiku agamaku." Nabi Muhammad SAW pun memberikan teladan bagaimana umat Islam dapat hidup damai bersama pemeluk agama lain. Dengan memahami ajaran ini, umat Islam diajak untuk menghormati keberadaan agama lain sebagai bentuk penghargaan terhadap ciptaan Allah yang beragam.
Jika pendirian rumah ibadah dilarang, hak kebebasan beragama akan terganggu, berpotensi memicu konflik sosial. Oleh karena itu, proses pembangunan rumah ibadah perlu mengikuti prosedur yang jelas, seperti mendapatkan izin pemerintah, persetujuan masyarakat sekitar, dan memastikan lokasi yang sesuai dengan tata ruang wilayah. Upaya ini harus didukung oleh peran tokoh agama yang mengedepankan dialog dan pemahaman antar umat beragama.
Masyarakat juga perlu dididik tentang pentingnya toleransi sejak dini. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai saling menghormati akan menciptakan generasi yang lebih terbuka terhadap perbedaan. Selain itu, tokoh agama harus memberikan contoh nyata dengan menjalin hubungan baik dengan pemeluk agama lain. Hukum yang adil dan merata juga harus ditegakkan untuk menjamin kebebasan beragama.
Toleransi beragama adalah kunci untuk menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah keberagaman. Dengan saling menghormati, berdialog, dan menjalankan aturan secara adil, kita dapat memastikan bahwa setiap orang merasa nyaman menjalankan keyakinannya. Indonesia yang damai dan rukun dapat tercapai jika semua pihak berkontribusi dalam menjaga dan mempromosikan toleransi beragama. Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, sudah sepatutnya kita menjadikan toleransi sebagai nilai utama dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H