Pangalengan merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal akan keindahan alam beserta hamparan kebun tehnya sehingga membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi lokasi tersebut. Secara administratif, Pangalengan terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jarak yang ditempuh dari Kota Bandung menuju Pangalengan tidaklah dekat, diperlukan berkendara kurang lebih 45 Kilometer untuk sampai di Pangalengan.
Terdapat berbagai destinasi wisata yang ada di Pangalengan, salah satunya Perkebunan Teh Malabar yang menyimpan berbagai sejarah mengenai kehidupan K.A.R. Bosccha. Siapa yang tak kenal dengan Karel Albert Rudolf Bosscha? Pria kelahiran Belanda, 15 Maret 1865 ini tiba di Hindia Belanda pada usia 22 tahun dan bekerja di Sukabumi bersama pamannya, Edward Julius Kerkhoven. Hingga pada akhirnya ia pun mendirikan perkebun teh bernama Perkebunan Teh Malabar.
Semasa hidupnya, Bosscha memiliki sifat yang sangat dermawan, ia memberikan tempat tinggal kepada pekerjanya dan mencerdaskan masyarakat sekitar dengan mendirikan sekolah. Selain itu dari keberhasilannya mengelola perkebunan teh, ia turut menyumbang ke berbagai yayasan, termasuk juga mendanai pembangunan Sekolah Luar Biasa Cicendo, Societeit Concordia (Gedung Merdeka), Technisce Hogeschool Bandung (ITB), dan yang paling terkenal yaitu Observatorium Peneropongan Bintang Bosscha di Lembang.
Tak jauh dari pintu utama Perkebunan Teh Malabar terdapat tempat tinggal sang raja teh priangan yang didominasi dengan kayu. Di sinilah Bosscha menghabiskan sisa hidupnya. Kini tempat tinggal Bosscha dikelola dan dirawat oleh PTPN yang dapat dikunjungi oleh pengunjung yang ingin mengetahui tampak rumah Bosscha baik dari luar maupun dari dalam. Tampak dari luar, rumah Bosscha memiliki arsitektur khas Belanda. Sedangkan tampak dalam didominasi dengan furniture kayu.
Namun pada bulan November tahun 1928, Bosscha tutup usia karena penyakit tetanus yang menginfeksi tubuhnya saat ia terjatuh dari kuda di Bukit Nini. Karena rasa cintanya yang besar pada Malabar, beliau pun berwasiat agar dimakamkan di lokasi perkebunan teh miliknya. Sesuai permintaan Bosscha, sang Meneer pun dikebumikan di tengah Perkebunan Teh Malabar. Saat ini, makam Bosscha telah ditata dengan baik, yang dilengkapi dengan tiang makam berbentuk kubah putih yang menyerupai topi Bosscha semasa hidupnya, jalan setapak, tugu Bosscha, serta pagar dan taman di sekeliling makam.
Kawasan Perkebunan Teh Malabar patut dijadikan sebagai ekomuseum dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung seperti akses jalan yang baik, terletak diantara kawasan wisata, tersedianya banyak penginapan yang mempermudah pengunjung dari luar kota dan yang terpenting ekomuseum ini dapat dijadikan sebagai sarana edukasi masyarakat dan generasi muda untuk mengetahui sejarah dan mengenang jasa yang telah Bosscha berikan pada rakyat Indonesia dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H