Dari malam sampai siang hari hujan tak henti-hentinya mengguyur pekarangan rumah. Membuat diri ini enggan beranjak dari tempat tidur meski sejenak. Ku buka kembali ponsel di sebelah leptop yang sedang ku buka. Bibirku tersenyum melihat salah satu story sahabatku di WA.Â
Dalam hatiku "sungguh beruntung" memiliki pasangan hidup yang begitu mengkhawatirkan juga keluarga yang selalu memberi dukungan dengan limpahan kasih sayang. Jujur, jika boleh ku katakan "aku iri melihat kebahagiaan mereka." yang setiap waktunya diberikan limpahan kebahagiaan. Sedangkan aku,.....
Memiliki pasangan kekasih yang tak pernah sedikitpun memahami. Jangankan tersenyum sumringah setiap waktunya. Jangan buat kesal sehari saja sudah untung-untungan.
Aku benci dengan situasi sekarang. Sungguh amat ku benci. Tak ada lagi gairah untuk melanjutkan pekerjaanku. Mau tidak mau, ku tutup leptop yang semula ku nyalakan.Â
Ku pandang langit dengan sedikit cahaya, apakah yang kulakukan ini benar? Menyalahkan diri sendiri dan orang lain demi sebuah kebahagiaan? Bukankah itu hal yang egois? Bukankah bahagia itu kita yang ciptakan?Â
Baca juga : Harapan Bagi Sepasang Kekasih yang Memilih LDR
Diary, pada kesempatan kali ini aku menunjuk sebuah pohon yang berada tepat di depan jendela kamarku. Dari pandangan kedua mataku, pohon itu sedang bergembira meski di landa hujan juga angin kencang. Dari situ, aku belajar jika Standar Bahagia Individu Itu Berbeda. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari sebuah masalah. Jika saat ini yang kulihat mereka sedang merayakan kebahagiaan mungkin saja mereka pandai menyembunyikan kekesalan dan kesedihan yang melanda. Pada akhirnya, bersyukur adalah jalan solusinya agar kita selalu terlihat bahagia.
Indramayu, 16 Februari 2021 | 11:11
Baca juga: Menikahlah dengan Dia
