Mohon tunggu...
Nabila Shobawa
Nabila Shobawa Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Focus on the positives and be grateful

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dilanda Hujan Semalaman Petani Meradang

12 Januari 2021   18:30 Diperbarui: 12 Januari 2021   18:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Januari adalah bulan dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi. Beberapa daerah di bulan ini sudah mengalami kebanjiran lantaran di landa hujan. Tak terkecuali bagi mereka yang berprofesi sebagai petani. Sawahnya merata nyaris tak terlihat tanaman benih padi yang sudah di tanam beberapa pekan lalu.

"Banjir lagi, banjir lagi!"

Dilanda hujan semalaman petani meradang lantaran bibit benih padi yang di tanam beberapa kali nyaris terendam banjir. 

"Sudah tiga kali saya menanam benih padi dan akhirnya harus menerima dengan ikhlas karena kembali terendam banjir. Modal sudah keluar banyak untuk membeli segala macam perlengkapan seperti pupuk, garam, dan obat semprot untuk benih padi. Tapi mau bagaimana lagi, mata pencaharian saya hanya mengandalkan ladang sawah mau tidak mau saya harus kembali menanam benih padi kembali." Begitulah isi diary Pak Toni yang berprofesi sebagai petani.

Di tahun baru 2021 harga obat dan juga pupuk padi mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini berbanding terbalik dengan harga jual padi yang hanya di tawar Rp.550.000 per kuintalnya sementara harga pupuk padi mencapai Rp.600.000 sampai Rp.900.000 per kuintalnya.

Bagi para petani, padi adalah mata pencaharian utama mereka sekaligus penyambung hidup. Dengan menjadi petani mereka bisa menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi. Bermodalkan cangkul dan bekal makan siang bagi mereka sudah lebih dari cukup sembari melihat lahan persawahan yang terbentang luas. Baginya, lelah akan hilang seketika manakala mata dan hatinya melihat indahnya persawahan.

Indramayu, 12 Januari 2021 |18:30

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun