Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.Â
Tak terasa setahun sudah. Aku masih bersama dia yang tersayang. Bahagia? Tentu. Namun bukan tentang sebahagia apa aku saat bersamanya. Tapi siapa aku saat bersamanya, sejauh mana aku belajar tentang menyatukan dua kepala, menurunkan ego, menerima baik buruknya. Melewati berbagai hal bersama, suka dan duka.Â
Masa transisi mengakhiri dan membangun rasa kujalani sejauh ini membuatku berpikir, ternyata bukan tentang seindah apa parasnya, setinggi apa pendidikannya, atau dari keluarga yang bagaimana dia berasal,,,Â
Tapi seberapa besar keinginannya untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin dan sebesar apa pengorbanannya untuk memperjuangkan kita menjadi bagian dari hidupnya, pasangan sehidup sematinya.Â
Karena ada hal yang lebih penting dari bertemu dengan orang baik, yaitu bertemu dengan orang yang terus memperjuangkan kita.Â
Karena yang baik bisa menyerah, sedangkan yang memperjuangkan kita akan terus berusaha menjadi lebih baik (setidaknya untuk kita).Â
Dulu aku pernah berpikir untuk bersama dengan seseorang yang se-visi atau se-frekuensi agar tercipta suatu komunikasi yang baik. Namun, kini aku mulai berpikir bahwa ternyata bukan harus se-visi atau se-frekuensi yang dapat menghasilkan suatu komunikasi yang baik. Tapi komunikasi yang baiklah yang menghasilkan sebuah visi yang sama.
Komunikasi yang baik itu terbangun dari ego yang berhasil dikendalikan dan keahlian dalam menempatkan diri ketika dihadapkan oleh perbedaan pendapat di antara kedua pihak.Â
Let's learn to be better than before.Â
Dari aku, untuk diriku di masa depan~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H