Mohon tunggu...
Nabila Rahmadani
Nabila Rahmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa Jurusan Teknik Informatika

Halo! saya Nabila Rahmadani mahasiswa Universitas Pelita Bangsa Program Studi Teknik Informatika semester 1. Memiliki antusias dan motivasi tinggi untuk menerapkan keterampilan teknis dan belajar lebih banyak dalam lingkungan profesional. Serta hobi menggambar dan membaca yang memperkaya kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Apakah Kecerdasan Buatan Mengancam Pekerjaan Manusia di Masa Depan?

6 Januari 2025   02:04 Diperbarui: 6 Januari 2025   02:05 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artifical Intelegent (AI) Sumber: https://www.istockphoto.com

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai sektor industri, mulai dari otomasi produksi hingga analisis data yang kompleks. Namun, terdapat kekhawatiran mengenai bagaimana AI akan memengaruhi pekerjaan manusia. Apakah AI akan menggantikan peran manusia atau justru menciptakan peluang baru?

Pandangan Para Ahli

"AI adalah alat, bukan ancaman. Namun, dampaknya pada pekerjaan tergantung pada bagaimana kita menggunakannya," ungkap Prof. Ir. Suhono Harso Supangkat, M.Eng., Ph.D., pakar teknologi dan dosen di Institut Teknologi Bandung. Menurutnya, meskipun AI mampu mengotomasi tugas-tugas tertentu, pekerjaan yang membutuhkan kreativitas dan empati manusia sulit digantikan oleh mesin.

AI dan Transformasi Dunia Kerja

Teknologi AI telah mengotomasi berbagai tugas rutin, seperti pemrosesan data, manajemen inventaris, dan pelayanan pelanggan melalui chatbot. Dalam industri manufaktur, robot berbasis AI meningkatkan efisiensi produksi dengan menggantikan pekerjaan manual yang repetitif.

Namun, transformasi ini juga menciptakan peluang baru. "Setiap kali teknologi baru muncul, selalu ada pekerjaan yang hilang dan pekerjaan baru yang tercipta," jelas Dr. Ir. Bambang Sudibyo, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang kini aktif sebagai penasehat di bidang teknologi. Ia mencontohkan munculnya profesi baru seperti analis data, insinyur AI, dan spesialis etika teknologi yang kini banyak dicari.

Risiko yang Dihadapi Tenaga Kerja

Meski demikian, tidak semua tenaga kerja dapat langsung beradaptasi dengan perubahan ini. Pekerja dengan keterampilan rendah atau yang bekerja di sektor-sektor yang mudah diotomasi berisiko kehilangan pekerjaan. Laporan McKinsey Global Institute memperkirakan sekitar 23 juta pekerjaan di Asia Tenggara dapat terotomasi pada tahun 2030, termasuk di Indonesia.

"Tantangan utama adalah memastikan pekerja memiliki keterampilan yang relevan untuk menghadapi era AI," kata Prof. Suhono. Ia menekankan pentingnya pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) agar tenaga kerja dapat beradaptasi.

Pendekatan Kolaboratif untuk Masa Depan Kerja

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program pelatihan vokasi untuk meningkatkan keterampilan digital tenaga kerja, seperti program Kartu Prakerja yang bertujuan memberikan pelatihan kepada pekerja agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan pasar.

Di sisi lain, perusahaan juga perlu membantu karyawannya beradaptasi. "Investasi dalam pelatihan tenaga kerja tidak hanya menguntungkan karyawan tetapi juga perusahaan itu sendiri," ujar Dr. Bambang. Dengan memberikan pelatihan keterampilan teknologi, perusahaan dapat memastikan keberlanjutan bisnisnya di era digital.

Kesimpulan

Kecerdasan buatan membawa perubahan besar dalam dunia kerja, tetapi dampaknya tidak selalu negatif. Dengan strategi yang tepat, AI dapat menjadi alat yang memperkuat produktivitas manusia, bukan menggantikannya. Penting bagi semua pihak untuk bekerja sama menciptakan ekosistem kerja yang inklusif dan berkelanjutan.

"Masa depan pekerjaan bukan tentang manusia versus mesin, tetapi tentang bagaimana manusia dan mesin dapat bekerja bersama," tambah Prof. Suhono Harso Supangkat.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun