Mohon tunggu...
Nabila Rachmadhani
Nabila Rachmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - NAMA : NABILA RACHMADHANI / NIM : 43222010038 / AKUNTANSI S1 / FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MAHASISWI MERCU BUANA TUGAS BESAR

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 _ Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

16 November 2023   20:20 Diperbarui: 15 Desember 2023   09:05 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi diolah melalui Canva

Nama : Nabila Rachmadhani

NIM : 43222010038

Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Menurut Sejarawan Slamet Muljana (1968), tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra masa kerajaan Majapahit bertajuk Sudamala. Dalam karya ini, Semar digambarkan sebagai abdi tokoh Sahadewa. Oleh karena itu, Semar berperan sebagai badut yang menghibur pemiliknya dengan humor yang segar. Ketika era Kerajaan Islam berkembang pada tahun di pulau Jawa, ciri khas Semar masih tetap terpelihara  dalam pewayangan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar yang semula hanya sebagai kaum sudra semakin ditingkatkan. Bahkan para pujangga Jawa mengisahkan Semar melalui karya-karyanya bukan sebagai rakyat jelata, namun sebagai penjelmaan Ismaya (Wintala, 2014).

Koleksi Pribadi diolah melalui Canva
Koleksi Pribadi diolah melalui Canva
Semar adalah putra Sahyang Tunggal dan Dewi Wiranti. Ia mempunyai dua saudara laki-laki, Sahyang Antaga (Togog) dan Sahyang Manikmaya (Batara Guru). Ketiga bersaudara itu datang ke dari sebutir telur pecah bercahaya saat disembah Sahyang Tunggal, cangkangnya menjadi Togog, putih telurnya menjadi Semar dan kuning telurnya menjadi Batara Guru. Saat masih di surga, Semar bernama Sahyang Ismaya dan mempunyai istri bernama Dewi Kanastri. Semar mempunyai sepuluh orang putra yaitu Sahyang Bongkokan, Temboro, Kuwera, Wrehasphati, Siwah, Surya, Candra, Yamadipati, Kamajaya dan Darmanasti.

Semar tinggal di Karang Kedempel, dengan nama Semar Badrayana, dan membesarkan tiga orang anak, Gareng, Petruk dan Bagong. kemudian disebut Semar, Gareng, Petruk, Gareng disebut Punakawan. Punakawan artinya sahabat yang setia. Punakawan bergabung dengan ksatria dimana pun untuk membela kebenaran dan juga menjadi penghibur ketika tuannya sedih (Notopertomo, 2002). Semar konon memiliki wujud fisik yang sangat unik sehingga dapat dilihat sebagai simbol dari berbagai dualisme yang ada di alam semesta . Badannya yang bulat melambangkan bumi, rumah bagi manusia dan makhluk lainnya.

Selain dikenal dengan kearifannya yang tiada duanya, Semar juga dikenal dengan kesaktiannya yang unik. Salah satu penyebab kesaktian Semar pada tahun adalah karena dikuncinya tersimpan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa. Selain peninggalan Mustika Manik Astagina, Semar juga mempunyai senjata andalan yaitu kentut. Kentut Semar sangat menjijikkan dan siapa yang menciumnya akan tersesat dan kembali ke jalan yang benar. Kentut Semar hanya akan dikeluarkan dalam keadaan darurat (Hermawan, 2013).

Semar adalah seorang Panakawan misterius yang selain sebagai wali juga merupakan pelindung. Semar atau juru Dyah Prasanta pertama kali dikenal dalam kitab Gatotkaca Sraya yang ditulis oleh Empu Panuluh sebagai orang abdi yang tugasnya menjamu bendahara. Semar, penjelmaan Ismaya, rela turun ke Madyapada hanya untuk menjadi pelindung para pejuang besar. Seorang pejuang , sehebat apapun, selalu membutuhkan bimbingan Semar Badrayana. Semar adalah tokoh waskita, artinya memahami sakdurunge winarah sebelum hal itu terjadi. Kiai Semar juga mengetahui peta sosial budaya tiga dunia, dewa, raksasa dan manusia. Makrokosmos Gumelar dan Mikrokosmos Gumulung sama-sama mendapat pengawasan ketat dari Semar. Semar dengan ikhlas rela menjadi pelindung para pejuang utama, mulai dari Begawan Manumayasa hingga keturunannya. Faktor mental dan kepribadian Semar diatas menunjukkan bahwa Semar telah memperoleh rasa jati diri. Dalam bahasa tasawuf, rasa jati diri adalah tercapainya maqam makrifat , yaitu orang yang benar-benar mengetahui kebenaran hidup.

Rasa eling mengacu pada kesadaran terdalam (sejati). Rasa kesadaran inilah yang nantinya akan melindungi manusia dari godaan dan bencana. Yang terpenting disini, sebagai alat untuk membangkitkan kesadaran, adalah "dzikir", yang diperintahkan Allah untuk dilakukan manusia dalam banyak hal. Sahid atau asketisme yang diajarkan. Semar diawali dengan taubat dan dibarengi dengan amalan Zuhud, serta hidup dalam kemiskinan dan kegelisahan. Kesabaran mengarah pada ketaatan dalam menjalankan segala perintah Allah, sedangkan rasa puas diri atau keikhlasan mengarah pada upaya untuk tidak memberontak terhadap perintah Allah.

Nilai keikhlasan ditunjukkan melalui kepribadian Semar. Sifat berbudi luhur Semar selalu ditunjukkan ketika memberikan nasehat dimanapun dan kepada siapa pun. Seperti kutipan ajaran Semar tentang keikhlasan yang berbunyi, “Karakter Mibuha yang sabar dan ikhlas adalah ibu dari pengkhianat witaradya.

Contoh nilai toleransi yang diajarkan oleh tokoh Semar adalah: “Kamu benar-benar berkeinginan untuk mempunyai budi pekerti yang baik. Dengan menghormati setiap orang, lebih berharga dari pada orang yang dihormati dan orang yang menerima hormat. (Purwadi, 2014)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun