Isu utama demokrasi adalah pengakuan harkat dan martabat manusia, yang berimplikasi pada pengakuan hak asasi manusia. Dalam kehidupan negara demokrasi, hak rakyat atas perlindungan menduduki kedudukan yang paling penting. Oleh karena itu, suatu negara dikatakan demokratis apabila hak-hak rakyatnya diakui keberadaannya. Khoiriyah (2013) mengartikan demokrasi sebagai kekuasaan yang ada di tangan rakyat. Prinsip terpenting dalam demokrasi adalah adanya kebebasan berpendapat, kebebasan memilih, dan lain-lain.
Nasehat Kyai Semar tersebut dapat dimaknai agar persatuan pemimpin dan umat dapat memperkuat vitalitas bangsa dan negara. Kebebasan dan keterbukaan antara pemimpin dan rakyat memfasilitasi demokrasi.
Tokoh Semar selalu ditampilkan sebagai pembela nilai kebenaran dan keadilan. Saat masyarakat diperlakukan tidak adil dan merasa tidak berdaya, kehadiran Semar sangat ditunggu-tunggu. Meski selalu bersama anak rohaninya, Semar selalu menyendiri dengan mobilitas yang sangat tinggi sehingga ia bisa berada di tengah masyarakat seperti biasanya, namun di lain waktu ia hanya berada di belakang aparat penguasa dan ambeg parama arta (Purwadi, 2014). Sedangkan menurut Zaairul Haq (2009) secara simbolis tangan Semar memegangnya, hal ini melambangkan Semar yang selalu berusaha menjaga menjaga asas dan tugas yang harus diembannya dan berusaha menjaga kebenaran yang diyakininya. Simbol kepalan tangan Semar juga menggambarkan bahwa memegang kebenaran dan mempertahankannya bukanlah hal yang mudah namun adalah hal tersulit, bahkan nyawa menjadi taruhannya.
Persaudaraan merupakan pilar utama kehidupan bermasyarakat. Karena dalam hidup tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang membutuhkan kehadiran orang lainnya, sehingga perlu adanya hubungan yang baik dengan setiap orang. Semar memberikan nasehat kepada Arjuna putra Prabu Pandu Dewanata ketika merasa khawatir akan cobaan hidupnya sepeninggal ayahnya. Semar yang mengetahui kekhawatiran Arjuna pun ikut khawatir dan memberikan nasehat dengan menggunakan ajaran Pancawisaya. Persaudaraan yang digambarkan dalam amalan Semar sangatlah penting meskipun terdapat perbedaan. Sebab sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk menjalin hubungan persaudaraan antara lain, seperti Semar yang sadar akan perannya sebagai hamba sekaligus perawat, pembimbing, penjaga pelindung, pembimbing kebenaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Bijaksana adalah sikap selalu menggunakan akal (pengalaman dan pengetahuan) secara bijaksana. Digambarkan Semar tidak mempunyai keinginan akan kekayaan materi dan juga keinginan untuk memegang kekuasaan duniawi seperti manusia pada umumnya. Hal ini menunjukkan adanya simbol kebijaksanaan yang dimiliki Semar, Semar tidak terpengaruh oleh kepribadian orang lain, situasi dan kondisi di mana ia berada (Kresna, 2010). Kebijaksanaan Semar juga diungkapkan dengan istilah “tapa ngrame”, artinya ia mengamalkan disiplin tanpa (meditasi) bukan di dalam kamarnya dan di tempat sepi dan sendirian, melainkan dalam interaksi sosial yang positif (Kresna, 2010 ). Amalan ini sungguh sulit karena pengendalian diri yang sejati harus kuat dan mantap, karena meditasi mencakup hal yang bersifat pengetahuan dan berhubungan dengan spiritualitas.
Banyak nilai berbeda yang dapat diterapkan untuk mencapai keharmonisan antar manusia dalam hidup. Dalam sudut pandang tokoh pewayangan Semar, nilai-nilai keikhlasan, toleransi, kebebasan, kejujuran dan persaudaraan sangat penting diterapkan dalam kehidupan. Bahkan membangun kerukunan Rekonsiliasi dengan menggunakan nilai-nilai perspektif Semar juga tidak bisa dikesampingkan. Menurut Haryanto dalam buku Purwadi (2014), perbuatan Semar tercermin dalam lakon wayang Purwakan yang tidak hanya mempunyai aspek spiritual namun juga mempunyai aspek kehidupan duniawi. Hal ini dapat dijadikan renungan sekaligus refleksi diri dalam upaya mencapai nilai-nilai luhur, termasuk terjalinnya hubungan harmonis antar manusia.
Semar lebih menghormati rakyat jelata dibandingkan dewa utama. Tubuh, kepribadian, dan kualitasnya semuanya berada pada level tinggi tetapi penampilannya sangat dihargai. Semar mudah menangis melihat penderitaan orang yang melayaninya, itulah sebabnya wayang Semar selalu berkaca-kaca. Semar cenderung menangisi orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Semar sudah tidak peduli lagi, tidak lagi memikirkan dirinya sendiri melainkan hanya memikirkan penderitaan orang lain. Semar, sebagai keturunan dewa, seharusnya menguasai “dunia atas” dan menguasai segalanya, namun ia memilih hanya menjadi pelayan, tidak kaya dan tidak berkuasa.
Kepemimpinan Wayang Semar dalam konsep visi dan misi mencakup kebijaksanaan, kecerdasan dan orientasi terhadap kebaikan bersama. Visi dan misi dapat mencakup pelayanan yang tulus, kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, dan upaya menjaga keseimbangan dan keharmonisan antar anggota tim.
Gaya kepemimpinan Wayang Semar dalam upaya pencegahan korupsi mencakup nilai-nilai moral, kebijaksanaan, dan keadilan. Semar sebagai tokoh wayang sering dianggap bijaksana dan adil, menjadi contoh dalam menghindari perilaku korupsi serta mendorong integritas dan transparansi dalam kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan Semar dalam upaya pencegahan korupsi antara lain :