Tidak puas dengan Kalimantan, kini giliran sang tetangga yang jadi sasaran. Sulawesi menjadi target yang paling memenuhi standar. Pulau Sangihe yang memiliki luas 737km2 diwarnai keindahan alam yang sangat cantik. Namun kini kecantikannya akan segera dihilangkan oleh manusia-manusia tamak.
Gunung Sahendaruman yang menjadi resapan air utama pada pulau ini akan masuk menjadi kawasan yang boleh ditambang. Gunung Sahendaruman adalah tempat yang nyaman untuk para penghuninya, telebih burung manu' niu spesies langka yang diperkirakan tinggal 114 ekor.
Para warga pun bak tidak memiliki harga diri, harga tanah mereka hanya dihargai Rp5.000 permeter. Rp5.000 yang hanya bisa digunakan untuk segelas es teh manis, berubah menjadi bisa membeli tanah warga. Ketamakan ini semakin tercerminkan oleh para penguasa yang dengan enteng dan mudahnya memberi izin tambang seluas 42ribu hektar atau setengah dari luas pulau ini.
28 April sang wakil empunya wilayah Pulau Sangihe mengirimkan surat kepada pemberi izin tambang yang tak lain sang penguasa. Bak seperti Pahlawan, amanah para warga ia jalankan sebaik mungkin, melindungi warganya pun ia lakukan dengan keras.
"BAHWA PULAU SANGIHE TERGOLONG PULAU KECIL DENGAN LUAS HANYA 737 HA ATAU 73700 KM BUJUR SANGKAR SANGAT RENTAN TERHADAP AKTIVITAS PERTAMBANGAN"
Namun kasus sebesar ini tidak ramai dibicarakan oleh siapapun, media seperti tidak memiliki perannya. Pada akhirnya 2 bulan setelah surat itu ditanda tangani, kini media berhasil mendapatkan perannya dalam membagikan serta menyebarluaskan berita ini.
Hai para pemangku kekuasaan, amanah rakyatmu dengan mudah kamu hilangkan. Memperkaya diri dan sekelilingmu kamu lakukan dengan cara apapun, namun kami terus dibiarkan untuk ditindas. Katanya ini untuk kepentingan bersama, nyatanya ini hanya kepentingan para penguasa dan manusia tamak lainnya. Tidak ada sedikitpun yang merasakan keindahan dari perusakan alam di pulau ini.
Surat yang beliau kirimkan, suara gagah yang ia lantunkan dalam membela masyarakatnya telah pupus. Hari ini, pahlawan Pulai Sangihe telah gugur dalam pesawat. Its not on my logic.
Namun Efek rumah kaca pernah bilang:
Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotor jalan
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Kini, Munir tidak sendirian, akan banyak Munir Munir selanjutnya yang berani melawan ketamakan para penguasa. Namun resiko hilang dan mati akan selalu gentayangan.
Halo AMDAL? apa kamu masih hidup? jika ia kamu bisa bangunkan majikanmu. Halo para penguasa, apakah kita hanya diperlukan dalam periode 5 tahun sekali? Halo HAM? apakah kami bisa menang lewat jalurmu?