Apa yang akan terjadi, ketika kedua permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat memiliki hubungan sebab akibat?
Polusi udara yang menjadi isu beberapa waktu ke belakang, ternyata menjadi salah satu penyebab masalah kesehatan yang sejak dulu tidak kunjung tuntas, yaitu Obesitas.
Sayangnya, kedua isu tersebut seringkali hanya dianggap sebagai angin lalu yang tidak membutuhkan perhatian khusus.
Padahal perlu ada kesadaran dari dalam diri kita untuk mencegah semakin parahnya kondisi kualitas udara dan mencegah meningkatnya risiko obesitas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit lainnya.
Polusi udara kerap kali dianggap sebagai sebuah fenomena yang sepele dan merupakan suatu hal yang wajar terjadi. Padahal polusi udara sering menjadi musuh tak kasat mata karena tidak terlihat wujudnya, tapi nyatanya malah menimbulkan penyakit pada manusia.
Polusi udara muncul karena banyaknya zat-zat berukuran sangat kecil yang bercampur dengan udara di lingkungan sekitar dan mengubah karakteristik alami atmosfer.
Kemajuan teknologi di berbagai bidang membuat polusi udara semakin menjadi-jadi. Bahkan, saat ini kita bisa melihat sendiri dengan jelas bagaimana buruknya kondisi udara di lingkungan sekitar kita. Asap tebal yang terlihat jelas di jalan raya, debu yang semakin terasa keberadaannya di lingkungan, dan udara yang tidak lagi terasa menyegarkan ketika dihirup.
Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang menyumbang banyak kota paling berpolusi di dunia. Per tanggal 10 Oktober 2023, Kota Palangkaraya menjadi peringkat ke-4 kota paling berpolusi di dunia dengan indeks kualitas udaranya sebesar 316. Angka itu masuk ke dalam dalam kategori “berat”.
Kategori ini berada satu tingkat di atas kategori “tidak sehat” dan berada satu tingkat di bawah kategori “bahaya”. Kondisi polusi udara yang masuk ke dalam kategori “berat” ini mengartikan kalau kualitas udaranya sudah sangat buruk.
Perlu menjadi peringatan kesehatan karena memiliki risiko besar untuk bisa membahayakan kesehatan pada semua orang. Melihat dari data WHO, hampir seluruh populasi di dunia (99%) menghirup udara berpolusi yang melebihi batas normal yang telah ditetapkan oleh WHO.
Jika dihubungkan dengan kejadian obesitas, polusi udara dapat mempengaruhi berat badan melalui saluran biologis (misalnya memperlambat metabolisme) dan perilaku (misalnya mengurangi olahraga dan meningkatkan asupan kalori.
Paparan polusi udara dapat memicu stress oksidatif (radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh tidak seimbang) dan peradangan jaringan lemak yang berpengaruh pada tidak normalnya fungsi metabolisme.
Dalam hal perilaku, orang cenderung tinggal di dalam rumah ketika terjadi peningkatan polusi udara. Hal ini mengurangi aktivitas fisik, kemungkinan berjalan kaki ke tempat kerja atau sekolah, waktu tidur, dan meningkatkan asupan lemak. Oleh karena itu, jumlah kalori yang dikeluarkan akan berkurang, sehingga berat badan meningkat dan berisiko obesitas.
Sebesar 14% dari populasi di dunia merupakan penderita obesitas (World Obesity Federation, 2023). Angka ini diperkirakan akan terus naik, hingga dapat mencapai 24% pada tahun 2035. Bagaimana kasus obesitas di negara kita? Sejak tahun 2013, kasus obesitas di Indonesia terus mengalami peningkatan.