Sampah merupakan masalah yang cukup klasik di indonesia, mulai dari sampah sembarangan hingga sampah plastik yang pemakaiannya sudah dibatas darurat.
perkembangan penduduk yang sangat tinggi sejalan dengan masyarakat yang semakin konsumtif juga berpengaruh pada peningkatan jumlah produksi sampah, yang  kemudian tidak diikuti dengan pengelolahan sampah yang tepat.
World Ekonomic Forum (WEF) memprediksi pada tahun 2050 mendatang, jumlah plastik dilautan akan lebih banyak dibanding ikan.
Di Masa pandemi Covid-19 sendiri Produksi sampah restauran, pabrik, mall dan hotel mengalami penurunan karena ditutup atau dibatasi jam operasinya, tapi untuk sampah medis dan sampah rumah tangga sendiri mengalami lonjakan tinggi di masa pandemi.
Produksi sampah medis yang sekali pakai seperti masker, tisu basah dan hand sanitizer melonjak naik karena alasan kebersihan dan kesehatan, tapi itu bukan alasan untuk mengesampingkan lingkungan.Â
Sementara, tidak bisa dipungkiri selama Masa pandemi hampir semua orang menghabiskan waktunya di rumah dan tidak sedikit yang memilih untuk melakukan pemesanan makanan  dan berbelanja secara online yang rata-rata setiap pesanan makanan dan pengemasan barang akan menggunakan plastik yang jumlahnya 2-3 kali lebih banyak, biasanya terdiri tertiary packaging, bubblewrap, secondary packaging.Â
Bahkan plastik dari pembungkus paket belanja jumlahnya menyaingi sampah kemasan produk yang dibeli. Memang hal yang terlihat sepele ibarat kata pepatah sedikit-sedikit menjadi bukit.
Sampah yang di atas tanah sekarang tidak akan lenyap dalam waktu 500 tahun, kecuali terseret hingga ke laut lalu ditelan hewan-hewan yang ada di laut yang lantas mati karena saluran napasnya tersumbat plastik atau akhirnya mikroplastik yang dihasilkan pun mencemari sumber makanan kita. Tapi adakah yang akan memikirkan sejauh itu dan adakah yang merasa bertanggung jawab akan hal itu? Persoalan Inilah yang harus diatasi bersama-sama, dimulai dari meningkatkan kesadaran pribadi atau dalam lingkup keluarga untuk meminimalisir produksi sampah.
Salah satu gerakan yang dapat diterapkan adalah gerakan zero waste, gerakan ini pun sangat memungkinkan dan mendukung untuk dijalani selama pandemi misalnya dengan menggunakan wadah atau tas saat berbelanja dan peralatan makan, tumbler dan sedotan reusable saat membeli makanan atau minuman, sehingga tidak perlu cemas karena kita dapat mengontrol dan memastikan kebersihannya. Sedangkan untuk sampah medis dapat diminimalisir dengan mengganti masker medis sekali pakai dengan masker kain yang dapat dicuci kembali dan saat membersihkan tangan usahakan untuk selalu menggunakan sabun dibanding hand sanitizer. Carilah opsi lain yang paling sedikit menghasilkan sampah.
Pernah mendengar pembeli adalah raja, suara pembeli atau konsumen itu penting dan sangat kuat dalam menentukan perubahan. Kalau kita minta dan bersuara jika kita tidak mau plastiknya, penjual atau produsen juga mengikuti keinginan kita. Jadi perlunya untuk bilang tidak pada penggunaan plastik sekali pakai, karena produsen akan berubah kalau kita mau berubah.
Selain meminimalisir produksi sampah, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana memilah sampah yang telah diproduksi, Di Indonesia sendiri masih minim kesadaran akan pentingnya edukasi memilah sampah. Padahal kebiasaan memilah sampah dari rumah adalah salah satu faktor terpenting dalam mengurangi sampah secara nasional.