Mohon tunggu...
Nabila Nur Huda
Nabila Nur Huda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Strawberry

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Minggu: Antara Kekhawatiran Demokrasi dan Harapan Cinta

6 Maret 2024   16:09 Diperbarui: 6 Maret 2024   16:09 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam Rindu

Malam Minggu. Hatiku ketar-ketir.
Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku
ke pelukanmu dengan cara saksama
dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Sebelum Ahad tiba, anarki bisa saja muncul
dari sebutir dengki atau sebongkah trauma,
mengusik undang-undang dasar cinta, merongrong
pancarindu di bibirku, dan aku gagal
mengobarkan Sumpah Pemuda di bibirmu.

(Joko Pinurbo, 2016)

Ketika kita membaca Sajak "Malam Rindu" karya  Joko Pinurbo , kita merasakan suatu ketegangan emosional yang menghinggapi hati kita, sebuah kerinduan dan kesedihan yang begitu dalam dan sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa. Namun, Joko Pinurbo dengan kemampuannya dapat mengekspresikan isi hatinya, dan di sinilah letak keunikan dan kelebihannya sebagai seorang penyair.

Dalam keheningan malam yang membelai, terbentanglah sebuah persembahan puisi yang menggugah jiwa, mengundang merenung, dan merangkai kerinduan dalam lautan kata-kata. Puisi "Malam Rindu" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya seni yang memikat dengan kehalusan dan kedalaman makna yang tersembunyi di balik setiap barisnya.

Joko Pinurbo, seorang penyair Indonesia yang mampu memahat emosi dan pikiran dengan sederet kata yang memikat, mengajak pembaca masuk ke dalam alam malam yang penuh dengan kerinduan. Dalam puisinya, malam bukan sekadar waktu, melainkan medan perenungan yang memungkinkan manusia menyelami kedalaman dirinya sendiri.

Puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan malam yang gelap, namun penuh cahaya makna. Kata-kata yang digunakan begitu sederhana namun dalam, menciptakan alur yang melambung tinggi ke ranah emosi dan imajinasi. Puisi ini seperti sebuah lagu yang dinyanyikan oleh angin malam, merayu dan memikat hati yang merindu.

Dalam "Malam Rindu", Joko Pinurbo memancarkan kerinduan dalam berbagai aspek kehidupan. Ada kerinduan akan kehadiran yang telah berlalu, ada kerinduan akan kehangatan yang kini menjauh, ada kerinduan akan makna yang kadang hilang di tengah hiruk-pikuk dunia. Puisi ini mengajak pembaca merenung tentang kepergian, tentang kehilangan, namun juga tentang harapan yang tetap menyala dalam kegelapan.

Di malam Minggu yang sunyi itu, hati seseorang bergetar dalam ketidakpastian yang melingkupi pikirannya. Puisi ini menjadi cerminan dari kekhawatiran yang menghiasi benaknya, memperlihatkan perjuangan antara cita-cita demokrasi dan kerinduan akan cinta yang begitu mendalam.

Dalam keheningan malam itu, pikirannya merenungkan kemungkinan bahwa demokrasi, sebuah sistem yang dirancang untuk memberikan suara kepada semua, mungkin saja tidak cukup untuk mengantarkannya ke pelukan kekasihnya dengan cermat dan cepat. Ketidakpastian meliputi hatinya, tidak mengetahui apakah jalur yang telah ditempuhnya akan membawanya kepada sang kekasih, ataukah akan ada rintangan yang tak terduga yang menghalangi perjalanan ini.

Sebelum datangnya hari Minggu, anarki mengintip dari balik sudut gelap, siap untuk muncul hanya dengan sebutir dengki atau sebongkah trauma. Ancaman ini mengguncang fondasi undang-undang dasar cinta yang dipeluknya erat, merongrong harapan-harapan yang dia ajukan pada sang kekasih. Bahkan, di bibirnya, dia merasa gagal mengobarkan semangat Sumpah Pemuda yang diapegang teguh, karena hambatan-hambatan yang tak terduga datang menghadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun