Mohon tunggu...
Nabila Naula Risya Wahid
Nabila Naula Risya Wahid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Prodi Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Optimalisasi Dokumentasi Bantengan oleh Mahasiswa KKN UNTAG Surabaya

19 Juli 2024   19:31 Diperbarui: 19 Juli 2024   19:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu fokus utama mahasiswa Kelompok KKN R'23 adalah pelatihan pembuatan vidio dokumentasi menggunakan smartphone kepada Karang Taruna Desa Petak dalam pelestarian dan promosi budaya Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal, ini sejalan dengan dengan tema KKN yang diusung oleh UNTAG Surabaya yaitu "Penerapan Inovasi dan Teknologi Guna Mendukung Pencapaian SDGs Desa". Program kerja ini diusung oleh Nabila naula Risya Wahid, Sofi Saadatul Mujahidah, Shafira Alfatur Zulvamartin karena melihat bahwa kurangnya pemanfaatan media sosial dan oleh komunitas lokal untuk mempromosikan kesenian ini mengakibatkan kurangnya kesadaran dan apresiasi dari generasi muda serta masyarakat luas terhadap warisan budaya ini padahal budaya bantengan ini memiliki potensi untuk dikembangkan dan dikenalkan secara luas. Oleh karena itu, diperlukan gebrakan atau perubahan yang dapat memperkenalkan dan mempromosikan kesenian Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal agar tidak luntur dan dapat dikenal oleh kalangan luas, tidak hanya di Desa Petak saja.

Kesenian Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal sendiri adalah seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Kesenian ini menggabungkan unsur tari, musik, dan seni peran dengan penari yang mengenakan kostum yang menyerupai banteng yang diperankan oleh anak-abak berusia 9 sampai 13 tahun. Pertunjukan ini biasanya diiringi oleh gamelan dan alat music tradisional lainnya, mencipkatakan suasana yang magis dan mistis. Salah satu ciri khasnya adalah adegan trance atau kesurupan, dimana penari tampak kerasukan roh bantengan. Kesenian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga memiliki nilai spiritual dan digunakan dalam berbagai ritual adat untuk tolak bala dan memohon keselamatan bagi masyarakat. Kesenian Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal menjadi simbol penting dalam budaya lokal dan terus dilestarikan oleh komunitas setempat.

Dalam upaya melestarikan dan mempromosikan seni tradisional, mahasiswa berkolaborasi dengan Karang Taruna Desa Petak untuk mengoptimalkan dokumentasi kesenian Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali anggota Karang Taruna dengan keterampilan pembuatan video dokumentasi yang menarik dan efektif. Pelatihan berlangsung selama tiga hari, dimulai dengan pemberian materi tentang fotografi dan videografi menggunakan smartphone, strategi konten di media sosial, dan pembuatan konten planning pada hari pertama. Pada hari kedua, peserta melakukan praktik pengambilan foto dan video. Hari terakhir diisi dengan pengambilan foto dan video anak-anak bantengan yang sedang melakukan pertunjukan, diiringi oleh alunan musik tradisional, serta praktik mengedit hasil pengambilan video tersebut.

Pelatihan ini memberikan dampak positif bagi Karang Taruna Desa Petak dengan meningkatkan keterampilan dalam fotografi, videografi, dan penggunaan media sosial untuk promosi budaya. Manfaat dari pelatihan ini meliputi kemampuan untuk membuat dokumentasi yang menarik dan berkualitas tinggi, yang dapat digunakan untuk mempromosikan kesenian Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal ke khalayak yang lebih luas. Selain itu, peningkatan keterampilan ini dapat membuka peluang bagi anggota Karang Taruna untuk terlibat dalam proyek-proyek kreatif lainnya, baik di tingkat lokal maupun regional.

Diharapkan Karang Taruna Desa Petak dapat terus memanfaatkan keterampilan yang telah diperoleh untuk mendokumentasikan dan mempromosikan berbagai kegiatan budaya dan tradisional di Desa Petak. Dengan demikian, kesenian Bantengan Ki Ageng Macan Tunggal akan semakin dikenal dan dihargai, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga di tingkat nasional. Harapannya, program seperti ini dapat terus berlanjut dan berkembang, sehingga dapat menciptakan generasi muda yang kreatif, inovatif, dan peduli terhadap pelestarian budaya bangsa.

Penulis : Nabila Naula Risya Wahid

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun