ADIRAJA - Dunia yang semakin modern menyebabkan banyak generasi muda yang kurang memerhatikan pentingnya pelestarian budaya lokal, khususnya batik. Hal tersebut dikarenakan tidak sedikit yang beranggapan bahwa batik merupakan budaya yang rumit dan sulit untuk dipelajari sehingga menimbulkan kekhawatiran terkait eksistensi dari batik itu sendiri. Berangkat dari kondisi tersebut, Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam KKN Tematik UNS Kelompok 41 mengadakan program “Pelatihan Pembuatan Cap Batik dari Limbah Kertas” yang membidik remaja sebagai sasarannya.
Pelaksanaan KKN di Desa Adiraja, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, oleh Kelompok KKN 41 UNS yang dibimbing Bapak Yayan Suherlan, S.Sn., M.Sn. selaku Dosen Pembimbing Lapangan, Cindy Nain Pangestu (Ilmu Hukum) selaku koordinator kelompok, dan sepuluh anggota lainnya, yaitu Aisya Adanti Maharani (Ekonomi Pembangunan), Amanda Nabila Huzna (Akuntansi), Arina Mayang Fauna (Kriya Tekstil), Feby Marcela Silva Magno (Hubungan Internasional), Nabila Naily Zahro (Ilmu Hukum), Novita Ayuning Putri (Pendidikan IPA), Rafly Dzaky Rizqullah (Akuntansi), Rizky Putri Aisyah (Teknik Industri), Siti Nur Alif Fianingsih (Sastra Daerah), serta Siti Rohmatul Ula (Fisika).
Batik Nata Wijaya menjadi satu-satunya pengrajin batik yang masih aktif di Desa Adiraja. Dikenal dengan motif Sido Selamet, eksistensi Batik Nata Wijaya sudah tidak diragukan lagi. Berbagai inovasi dalam produksi batik telah dicoba oleh Ibu Supinah dan Bapak Nata Wijaya selaku pemilik dari brand Batik Nata Wijaya, mulai dari batik ecoprint hingga pemanfaatan mangrove sebagai pewarna kain batik. Namun kesuksesan Batik Nata Wijaya tersebut tidak dibarengi dengan minat generasi muda, khususnya di Desa Adiraja, untuk melestarikan dan mengembangkan budaya batik.
Kelompok KKN 41 UNS berkolaborasi dengan Batik Nata Wijaya. Pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 Juli 2024, dihadiri oleh dua belas orang peserta yang merupakan perwakilan dari masing-masing dusun di Desa Adiraja. Adapun pelatihan dilaksanakan di Balai Desa Adiraja untuk hari pertama dan di rumah produksi Batik Nata Wijaya untuk hari kedua.
Hari pertama (27/07/24) dilakukan pemberian materi terkait pengenalan konsep dan manfaat cap batik dari limbah kertas oleh Arina Mayang Fauna selaku pemateri dan diakhiri dengan praktik pembuatan cap batik berbahan dasar limbah kertas yang didampingi oleh Ibu Supinah selaku pemilik dari Batik Nata Wijaya.
Hari kedua (28/07/24) dilanjutkan dengan proses pengecapan yang bertempat di rumah produksi Batik Nata Wijaya. Para peserta melakukan pengecapan pada kain mori menggunakan cap batik yang telah dibuat di hari sebelumnya. Kemudian kain yang telah selesai dicap akan diwarnai sesuai dengan warna pilihan para peserta. Selanjutnya kain akan dilorod dan dibilas untuk menghilangkan malam yang menempel pada kain. Setelah kain bersih maka dapat dijemur hingga kering.
Setelah kegiatan berakhir peserta diperbolehkan membawa hasil karyanya. Peserta yang terdiri dari anak-anak hingga remaja terlihat sangat antusias selama mengikuti rangkaian acara pelatihan tersebut dari awal hingga akhir. Hal tersebut terlihat dari banyak peserta yang berani berinovasi dengan menciptakan motif baru untuk cap batik yang dibuat. Melalui program pelatihan tersebut, kelompok KKN 41 UNS berharap agar kedepannya semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan serta mengembangkan potensi budaya batik, khususnya di Desa Adiraja.