IoT: Antara Risiko dan Manfaat
Paradoks Privasi dalam PenerimaanArtikel yang ditulis oleh Mobark Q. Aldossari dan Anna Sidorova pada tahun 2018 dalam Journal of Computer Information Systems berjudul "Consumer Acceptance of Internet of Things (IoT): Smart Home Context" menawarkan analisis mendalam tentang bagaimana teknologi IoT diterima oleh konsumen, khususnya dalam konteks rumah pintar. Dengan memanfaatkan model UTAUT2 yang diperluas, penulis mengeksplorasi berbagai faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap teknologi ini, termasuk ekspektasi kinerja, kemudahan penggunaan, pengaruh sosial, serta risiko keamanan dan privasi. IoT, terutama dalam lingkungan rumah pintar, memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup, di mana perangkat seperti lemari es pintar dan sistem termostat dapat mengubah cara kita mengelola kehidupan sehari-hari.
Namun, walaupun pasar IoT diproyeksikan tumbuh pesat --- diperkirakan mencapai lebih dari 260 miliar dolar pada tahun 2020 menurut Boston Consulting Group --- adopsi teknologi ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kepercayaan konsumen, terutama terkait dengan masalah keamanan dan privasi. Pengguna khawatir akan kebocoran data pribadi yang dikumpulkan oleh perangkat pintar di rumah mereka. Menariknya, artikel ini menemukan bahwa kepercayaan terhadap teknologi memainkan peran besar dalam sikap konsumen terhadap IoT. Dengan sekitar 23 miliar perangkat IoT yang sudah terhubung pada tahun 2018, menurut Statista, memahami pola penerimaan ini menjadi semakin penting. Artikel ini tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait adopsi teknologi IoT, tetapi juga membuka wawasan baru tentang bagaimana kepercayaan dan persepsi risiko bisa diatasi untuk mendorong penetrasi yang lebih luas di pasar rumah pintar.
***
Dalam artikel ini, Aldossari dan Sidorova mengidentifikasi sejumlah faktor yang secara signifikan mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap IoT di rumah pintar. Salah satu faktor terkuat adalah ekspektasi kinerja. Pengguna yang percaya bahwa perangkat IoT akan memberikan manfaat nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti efisiensi waktu atau pengurangan biaya energi, lebih cenderung menerima teknologi ini. Data yang mendukung pernyataan ini adalah bahwa 62% varians dalam sikap terhadap IoT dijelaskan oleh ekspektasi kinerja yang positif. Konsumen menginginkan solusi praktis dan produktif dari perangkat yang mereka gunakan, seperti lemari es yang dapat memantau stok bahan makanan atau termostat pintar yang otomatis menyesuaikan suhu berdasarkan preferensi pengguna.
Faktor lain yang menjadi kunci adalah kemudahan penggunaan. Konsumen cenderung menghindari teknologi yang rumit dan sulit dioperasikan. Penelitian ini mengonfirmasi bahwa effort expectancy atau ekspektasi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh besar terhadap sikap positif pengguna terhadap IoT. Pengguna lebih cenderung mengadopsi perangkat jika mereka merasa bahwa teknologi tersebut mudah dioperasikan dan diintegrasikan ke dalam rutinitas harian mereka.
Namun, selain dari aspek kegunaan dan kinerja, ada faktor-faktor yang menghambat penerimaan IoT, terutama risiko keamanan dan privasi. Artikel ini menemukan bahwa banyak pengguna yang khawatir tentang keamanan data pribadi mereka. Statistik dari PwC menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap privasi adalah alasan utama bagi konsumen untuk menolak adopsi perangkat rumah pintar. Namun, yang menarik adalah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa walaupun pengguna mengakui adanya risiko privasi, banyak dari mereka yang tetap memiliki sikap positif terhadap teknologi ini --- sebuah fenomena yang dikenal sebagai "privacy paradox". Di satu sisi, mereka mengakui risiko, namun di sisi lain, manfaat teknologi sering kali lebih diutamakan dibandingkan kekhawatiran tersebut.
Selain itu, pengaruh sosial juga memainkan peran penting dalam adopsi teknologi IoT. Konsumen sering kali terpengaruh oleh pendapat orang-orang di sekitar mereka. Jika teman atau keluarga sudah mengadopsi teknologi ini dan berbagi pengalaman positif, konsumen lain cenderung mengikuti. Penulis juga mencatat bahwa faktor harga atau price value menjadi elemen penting dalam keputusan adopsi. Jika harga perangkat dianggap sepadan dengan manfaat yang diterima, konsumen lebih mungkin untuk berinvestasi dalam teknologi tersebut.
***
Artikel yang ditulis oleh Aldossari dan Sidorova ini menyajikan wawasan berharga tentang bagaimana konsumen memandang teknologi IoT, khususnya dalam konteks rumah pintar. Dari ekspektasi kinerja yang tinggi hingga kekhawatiran akan privasi, artikel ini menunjukkan bahwa penerimaan teknologi IoT tidak hanya ditentukan oleh faktor utilitarian, tetapi juga oleh aspek emosional seperti kepercayaan dan risiko yang dirasakan. Penting bagi pengembang IoT untuk terus meningkatkan aspek keamanan dan transparansi teknologi mereka agar lebih banyak konsumen merasa nyaman menggunakan perangkat rumah pintar.
Selain itu, pemasar teknologi perlu menekankan manfaat yang jelas dan nyata dari IoT, seperti penghematan energi atau kenyamanan, untuk meningkatkan adopsi. Dengan pendekatan yang tepat, potensi pasar IoT yang diperkirakan mencapai miliaran dolar dapat terealisasi dengan baik, meskipun tantangan terkait keamanan dan privasi masih perlu diatasi.