Sinar pagi melukiskan waktunya di penghujung subuh.
Mentari mengetuk lelapnya seorang lelaki.
Ia berbegas menyambut pagi,Â
Walau peluh masih menyelimuti tubuh rentanya.Â
Ia bergegas memompa diri, mendaki pundi-pundi terjal.
Hanya untuk menjamin kecerahan masa depan keluarga.
Hari demi hari, sang lelaki menunggangi beratnya hidup.
Menepis semua air mata hanya demi melihat sebuah senyuman pada sang buah hati.
Saat senja pulang, ia pulang dengan basuhan keringat.
Sang anak mengeluh, jua sang istri. Tapi tidak dengannya.
Ia berdiri tegak dan tersenyum, seakan-akan laranya melebur begitu saja.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!