Di sini, peran Mamak untuk memberikan arahan kepada kemenakannya, berseni bukan berarti terbelakang. Mengubah pola pikir generasi muda, agar mau melestarikan budayanya. Jika bukan kita, lantas siapa lagi?
Dengan Bersijobang maka kita sudah mengambil peran untuk melestarikan budaya, ancaman pengaruh budaya luar makin marak berkembang pada saat ini. Pikiran menganggap budaya dari daerahnya adalah suatu hal yang kuno. Padahal jika ikut melestarikan dan membumikannya maka stegmen negatif semacam itu akan hilang.
Hal penting dalam melestarikan budaya yaitu memberikan ruang dan mengambil peran. Misalnya pada acara-acara tertentu, baik cara lokal maupun nasional, dengan masukkan kesenian tradisional, tradisi dapat dikenali masyarakat banyak, cara ampuh untuk menghilangkan stegmen negatif. Tak tertutup kemungkinan timbulnya minat dari generasi milenial untuk mempelajari kesenian daerahnya.
Sejatinya kesenian bisa dijadikan pedoman dalam membentuk pola tingkah laku manusia, dalam Sijobang diajarkan nilai-nilai hidup dari kisah Anggun Nan Tongga, sangat rugi kiranya jika kita tidak mengetahui dan tidak ambil peran di dalamnya. Sebagai orang minang, ada budaya merantau, falsafah dan nilai-nilai itu harus ditanamkan agar terus ingat dengan nagarinya dan pesan-pesan di dalamnya.
Seperti kata pepatah, sejauh-jauhnya bangau terbang, pulangnya ke kubangan jua. Sejauh-jauh kita berlayar, budaya, kesenian hendaknya dibawa dan dilestarikan. Kita mendapat tugas memperkenalkan budaya itu pada orang luar, bukan sebagai anggapan budaya kita tinggi atas budaya mereka tetapi memperkenalkan kalau kita adalah orang yang berbudaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H