Mohon tunggu...
Nabilah Husnul Fatika
Nabilah Husnul Fatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya

Politik Luar Negeri, Isu Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ancaman Global Terorisme Al-Qaeda

4 November 2024   21:42 Diperbarui: 4 November 2024   21:45 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
An undated file picture of Osama Bin Laden. (CNN)

Artikel ini akan mendiskusikan isu tentang ancaman terorisme global oleh kelompok Al-Qaeda yang terus berlanjut meski telah ada berbagai upaya penanggulangan. Sejak didirikan oleh Osama bin Laden pada akhir 1980-an, Al-Qaeda berkembang menjadi jaringan internasional yang sulit diberantas. Organisasi ini juga membentuk jaringan afiliasi yang meluas ke berbagai wilayah, termasuk Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Serangan 11 September 2001 merupakan titik balik, yang menunjukkan kemampuan Al-Qaeda untuk melakukan serangan berskala besar terhadap target-target simbolis, seperti World Trade Center dan Pentagon. Penulis berpendapat bahwa ancaman Al-Qaeda terus bertahan karena struktur jaringan yang terdesentralisasi, daya tarik ideologi radikal, dan lemahnya kerja sama internasional dalam menghadapi kelompok ini. Untuk itu, penulis akan memusatkan fokus pada tiga argumen utama: (1) desentralisasi dan afiliasi Al-Qaeda, (2) kekuatan ideologi jihad global, dan (3) kendala dalam koordinasi global untuk melawan terorisme.

Salah satu alasan utama Al-Qaeda mampu bertahan adalah struktur organisasinya yang desentralisasi, memungkinkan afiliasi di berbagai wilayah untuk beroperasi secara mandiri namun tetap berpegang pada visi jihad global. Contoh afiliasi ini termasuk AQAP (Al-Qaeda in the Arabian Peninsula) yang beroperasi di Jazirah Arab dan Al-Shabaab di Somalia. Struktur yang desentralisasi memungkinkan Al-Qaeda beradaptasi di berbagai konteks lokal sambil mempertahankan ideologi dan tujuan transnasionalnya (Vasiliev & Zherlitsyna, 2022). Dengan demikian, bahkan ketika satu kelompok dilemahkan oleh serangan militer atau tekanan diplomatik, afiliasi lainnya tetap bisa mempertahankan eksistensinya di wilayah yang berbeda. Ideologi yang diusung Al-Qaeda menjadi daya tarik bagi individu-individu yang merasa terpinggirkan atau mengalami ketidakadilan. Narasi jihad yang mereka kembangkan tidak hanya mengajak pengikutnya untuk melawan Barat, tetapi juga untuk memperjuangkan apa yang mereka anggap sebagai “kemurnian” Islam. Ideologi ini sangat menarik bagi mereka yang mengalami krisis identitas atau merasa tidak puas dengan kondisi sosial-politik di sekitarnya, sehingga mereka tertarik untuk bergabung dalam perjuangan global ini. Kelompok seperti Al-Qaeda menganggap jihad kekerasan sebagai satu-satunya cara untuk melindungi dunia Islam (Banteka, 2019).

Al-Qaeda memanfaatkan rasa ketidakpuasan dan kebencian terhadap kebijakan Barat, khususnya AS, untuk merekrut pengikut baru di berbagai belahan dunia. Selain itu, melalui propaganda yang disebarkan di media sosial, Al-Qaeda mampu menjangkau individu-individu di luar wilayah tradisionalnya dan membangun rasa solidaritas yang kuat. Narasi ini menarik simpati dari berbagai kelompok di Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Afrika Utara, memperkuat keberadaannya di kawasan tersebut (UNODC, 2018). Keberhasilan Al-Qaeda dalam mempertahankan daya tarik ideologi jihad global inilah yang membuat kelompok ini tetap menjadi ancaman, meskipun banyak anggotanya telah ditangkap atau dibunuh.

Selain itu, afiliasi ini sering kali beroperasi dengan dukungan lokal yang memungkinkan mereka membangun basis di masyarakat. Sebagai contoh, AQAP di Yaman berhasil meraih dukungan dengan menawarkan perlindungan dan layanan sosial di wilayah yang kurang terjangkau oleh pemerintah, menciptakan basis yang kuat untuk keberlanjutan operasi mereka di kawasan Arab. Dukungan lokal ini memberi Al-Qaeda landasan yang kuat untuk tetap bertahan, bahkan di tengah tekanan internasional. Dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi, kelompok-kelompok afiliasi ini berhasil mempertahankan eksistensinya, yang pada akhirnya memperkuat posisi Al-Qaeda sebagai ancaman global.

Terlepas dari kesepakatan internasional dalam memerangi terorisme, tantangan dalam membangun kerja sama internasional yang efektif masih menjadi hambatan besar dalam upaya memberantas Al-Qaeda. Perbedaan prioritas politik dan kepentingan nasional membuat beberapa negara lebih fokus pada stabilitas domestik dibandingkan terlibat penuh dalam perang melawan terorisme global. Negara-negara berkembang, misalnya, lebih sering memprioritaskan masalah ekonomi dan pembangunan sosial, sementara negara maju seperti AS dan sekutunya lebih mengutamakan keamanan nasional dan pengaruh global (Ibnuyasa, 2020). Ketidakseimbangan fokus ini menciptakan celah yang dimanfaatkan Al-Qaeda untuk mempertahankan keberadaannya di wilayah-wilayah yang kurang dijaga atau diawasi secara ketat oleh komunitas internasional.

Kendala lainnya adalah keterbatasan sumber daya dan kontrol pemerintah yang lemah di negara-negara tertentu, yang membuat jaringan Al-Qaeda lebih mudah beroperasi dan menyebarkan ideologinya. Di beberapa wilayah dengan konflik berkepanjangan, seperti Yaman dan Somalia, Al-Qaeda berhasil memanfaatkan ketidakstabilan politik untuk merekrut anggota dan melaksanakan pelatihan militan (Makinen, 2002). Tanpa adanya kerja sama yang lebih kuat dalam berbagi informasi dan strategi, Al-Qaeda akan terus memanfaatkan celah-celah ini untuk memperluas pengaruhnya dan mengembangkan jaringan afiliasi baru di berbagai kawasan.

Ketiga argumen di atas, yaitu struktur desentralisasi, ideologi jihad global, dan kendala dalam koordinasi internasional, menunjukkan bahwa keberadaan Al-Qaeda sebagai ancaman global masih sangat signifikan. Meskipun sudah ada upaya besar-besaran untuk memerangi kelompok ini, keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan komunitas internasional untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks ini, pendekatan yang lebih komprehensif dan integratif diperlukan. Kerja sama yang lebih solid antarnegara dalam berbagi informasi, memperkuat kapasitas pemerintah di wilayah yang rentan, dan mengembangkan narasi kontra-radikalisme yang efektif adalah beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengurangi ruang gerak Al-Qaeda dan afiliasinya.

Referensi

Banteka, N. (2019). The Rise of the Extreme Right and the Crime of Terrorism: Ideology, Director of National             Intelligence.     (2024). Jemaah Islamiyah.       Retrieved from https://www.dni.gov/nctc/groups/ji.html 

Ibnuyasa, A. (2020). Globalisasi dan Terorisme : Perkembangan jaringan AL-Qaeda. Kumparan.              https://kumparan.com/abi-ibnu/globalisasi-dan-terorisme-perkembangan-jaringan-al-qaeda-            1uqgPdKuWYp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun