Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, "Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan Murka Allah berada pada murka kedua orang tua" (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Dapat juga dikatakan orang tua adalah ayah dan ibu baik kandung (biologis) ataupun tidak kandung (orang tua angkat, orang tua asuh dan orang tua tiri) yang bertanggung jawab terhadap hak-hak anak yang diasuhnya. Dalam konteks ini, ibu dan bapak sebagai orang yang memiliki ikatan darah dengan kita. Betapa berharganya mereka bersusah payah untuk mendidik dan membesarkan dengan penuh perjuangan yang tidak bisa diukur.Â
Seorang ibu yang melewati masa-masa sulitnya dari mengandung selama 9 bulan, melahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya, menyusui kurang lebih selama 2 tahun, mendidik, dan membesarkan. Tak lupa pula, perjuangan seorang laki-laki yang menjadi kepala di suatu rumah tangga, dia harus bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi keperluan sehari-hari, menjaga, dan melindungi keluarga.Â
Kita ketahui bahwa seorang anak hutang balas budi kepada orang tua, tetapi semua  itu tidak bisa digantikan dengan apa-apa. Karena kasih sayang, pengertian, dan pengorbanan orang tua tidak akan bisa tergantikan oleh apapun.Â
Sebagai anak, apabila orang tua masih lengkap hendaklah mendengarkan, melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tua, menghormati, menghargai segala keputusan yang diambil orang tua kecuali bertentangan dengan agama. Semua itu, dapat diterapkan sejak dini tanpa terkecuali. Telah dijelaskan dalam hadits riwayat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw bahwa takdir baik dan buruk seseorang tergantung kepada orang tua.Â
Ada seorang anak, dia akan mengikuti tes untuk masuk perguruan tinggi. Menjelang tes tersebut dia belajar dengan bersungguh-sungguh sampai mengikuti beberapa les/kursus agar dia lolos dalam tes tersebut. Selain itu, dia tak lupa untuk melaksanakan kewajiban utama seorang muslim yaitu sholat dan berdoa kepada Allah SWT. Tak lupa, dia selalu meminta doa kepada kedua orang tuanya agar merestui apa yang dia inginkan.Â
Sebagai hamba Allah SWT memiliki kewajiban untuk meminta, berusaha (ikhtiar), berdoa, dan bertawakal kepada-Nya. Setelah melakukan semua itu, anak tersebut hanya bisa bertawakal kepada Sang Pencipta. Takdir Allah tergantung pada kekuatan doa ibu dan bapak, dengan rasa syukur dan bahagia anak tersebut diterima perguruan tinggi yang dia impikan. Dia berkeyakinan bahwa usaha dan doa saja tidak cukup, tetapi doa dari ibu dan bapak akan mempermudah apa yang dia cita-citakan.Â
Birrul walidain, tidak hanya dilakukan kepada orang tua yang masih hidup saja. Tetapi jika orang tua telah meninggal kita juga bisa melakukan birrul walidain.Â
Dengan cara mendoakan dan memohonkan ampun untuk keduanya setiap hari, mengirimkan surat al-fatihah kepada orang tua, melunasi hutang keduanya, bershadaqah atas nama keduanya, meneruskan kebaikan yang telah dilakukan orang tua selama masih hidup seperti silaturahmi dengan kerabat, teman-temannya.Â
Tentu masih banyak sikap birrul walidain yang dapat dilakukan, karena kunci kesuksesan seorang anak terletak pada ridho kedua orang tua. Hal tersebut telah banyak dibuktikan, dan kebanyakan mereka menjadi orang yang sukses.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H