Setelah gempa yang terjadi di Lombok dan Palu saat ini Indonesia kembali ditimpa bencana. Pesawat Lion Air JT610 tujuan Tanjungpinang terjatuh di perairan Karawang yang  menyebabkan ratusan korban jiwa. Bencana-bencana tersebut menyebabkan ratusan korban jiwa yang tidak teridentifikasi.Â
Dalam hal ini ada petugas-petugas yang diturunkan untuk mengidentifikasi korban tersebut. Petugas tersebut bernama petugas DVI yang merupakan kepanjangan dari Disaster Victim Identification.
Tugas dari tim DVI adalah mengidentifikasi semua hal yang terjadi setelah bencana. Bencana bisa terjadi karena alam (kejadian meteorologi dan geologi) atau karena teknologi atau akibat dari manusia (kesalahan struktur, kecelakaaan transportasi, kebakaran, ledakan, perang dan terorisme).
Manajemen bencana memiliki prinsip 5R yaitu:
- Rescue-sesegera mungkin memberikan bantuan obat dan kebutuhan lain untuk orang yang selamat
- Recovery-menemukan bagian tubuh atau tubuh korban yang meninggal
- Records-mencatat data ante-mortem dan post-mortem
- Reconciliation-membandingkan dan menyocokan data post dan ante mortem
- Repartriation-mengembalikan tubuh yang sudah teridentifikasi agar mendapatkan pemakaman yang layak     Â
Pengertian ante mortem adalah proses pengumpulan data dari korban yang terdampak bencana atau kecelakaan. Dapat dikatakan pula data ante mortem adalah data yang dikumpulkan sebelum korban meninggal dunia. Data ante mortem dapat berupa identitas, aksesoris yang digunakan saat sebelum kejadian, tanda-tanda khusus pada tubuh korban seperti tattoo, luka atau sebagainnya.Â
Data antemortem ini diisikan kedalam sebuah form yang sudah terstandarisasi oleh Interpol. Form ini berisi mulai dari identitas sampai pada sketsa tubuh korban. Data ini didapatkan dari pihak keluarga yang diduga korban pada bencana tersebut. Data-data ini dikumpulkan dan dicocokkan dengan data post mortem yang didapat oleh tim DVI.
Pengertian post mortem sendiri adalah data-data fisik yang ditemukan setelah korban meninggal. Seperti sidik jari, golongan darah, konstruksi gigi dan foto diri korban pada saat ditemukan lengkap dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan sekitarnya, bahkan termasuk isi kantong pakaiannya.Â
Setiap bagian tubuh yang ditemukan ditempat kejadian bencana harus diidentifikasi masing-masing. Seperti menemukan potongan tubuh disamping sebuah tas, hal ini tidak dapat langsung dipastikan apakah bagian tubuh tersebut kepunyaan pemilik tas. Hal ini yang dapat menyebabkan proses identifikasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Selain menggunakan data ante dan post mortem tadi, identifikasi dapat melalui DNA dan gigi. Dalam hal ini peran ilmu forensik dalam pembuktian identifikasi korban sangat penting. Untuk pembuktian menggunakan gigi ilmu odontologi forensik sangat berguna dalam mengidentifikasi korban.Â
Untuk itu dalam sebuah bencana pihak keluarga perlu untuk memberikan informasi terkait rekam gigi korban. Untuk identifikasi menggunakan DNA biasanya dilakukan jika metode identifikasi lain tidak dapat digunakan. Identifikasi DNA dilakukan dengan membandingkan DNA korban dan DNA keluarga korban.
Sehingga jika terjadi bencana keluarga korban dapat membantu dalam melengkapi data-data antemortem pada korban. Hal ini dapat memudahkan tim DVI dalam mengidentifikasi korban.