Mohon tunggu...
Nabilah Putri
Nabilah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

banyak mausia baik di dunia yang luas ini :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Nasionalisme

26 Oktober 2023   15:05 Diperbarui: 26 Oktober 2023   15:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nasionalisme dan islam sering ianggap sebagai ideologi yang berlawanan, banyak orang menggangap islam dan nasionalisme sebagai hal yang saling berlawanan, tetapi ini tidak benar. keduanya tidak memiliki hubungan satu sama lain, jadi tidak ada alasan untuk menggangap keduanya sebagai musuh atau nilai yang berlawanan. islam dan nasionalisme terkait satu sama lain, tetapi tidak dalam makna yang sama, karena itu, masalah ini sangat penting bagi mereka yang ingin mempertahankan perpaduan nasional dalam bentuk negara yang bersatu. Selama sejarah manusia, kemampuan untuk berpikir logis atau percaya keyakinan mereka telah menghasilkan berbagai jenis pemikiran.

Nasionalisme adalah ide ide yang berasal dari budaya tertentu, sedangkan nasional sendiri mempunyai arti yang meliputi seluruh tanah air dan tanah air itu adalah Indonesia yang daerahnya meliputi seluruh kepulauan bekas jajahan Nereland.

Nasionalisme islam adalah sikap atau paham yang mengaitkan dengan identitas, integritas, dan kepentingan bangsa atau negara. Ada yang berpendapat bahwa islam tidak kompatibel dengan nasionalisme, karena islam bersifat universal, sedangkan nasionalisme bersifat lokal, ada juga yang berpendapat bahwa nasionalisme adalah bagian tak terpisahkan dari islam, karena islam mengajarkan untuk mencintai bangsa dan negara sendiri serta memperhatikan ukhuwah Islamiyah. Nasionalisme Indonesia dan islam saling mempengaruhi pada awal abad ke-20. sejarah dan kemajuan Indonesia terkait dengan islam dan nasionalisme. Sejak awal abad ke-13, islam telah memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan politik Indonesia. Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama islam, tetapi islam telah meresap kedalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Bagaimana islam dan nasionalisme berinteraksi dalam sejarah Indonesia kontemporer adalah kisah yang menarik. Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia adalah perjuangan untuk kemerdekaan pada abad ke-20. Nasionalisme menjadi semangat yang menyatukan orang Indonesia dari berbagai etnis, budaya, dan agama pada saat itu, tetapi islam juga berperan dalam perjuangan kemerdekaan. Muhammad Hatta, seorang pemimpin nasionalis yang juga muslim, adalah salah satu tokoh penting dalam perjuangan ini.

Islam tidak menghindari nasionalisme. Islam adalah agama yang sangat menghargai kebangsaan sebagai fitrah manusia. Selain itu, islam memiliki kemampuan untuk membantu kemajuan negara. Islam telah membuktikan pernyataan ini. Pada awalnya, Islam memiliki citra dan cerita yang baik karena menyebarkannya dengan cara yang damai dan membantu memperbaiki peradaban manusia. Bahkan ketika islam menjadi kekuatan yang kuat, ia mampu mengikat dan menyatukan penduduk Indonesia ke dalam identitas baru yang disebut Indonesia. Namun, pada akhirnya, identitas Indonesia secara hukum diatur dan diperkuat oleh pemerintahan dan ideologi negara. Menurut Robert W. Hefner (2000:  37), dalam lingkup sejarah Indonesia agama islam telah menunjukkan arti penting dalam pembentukan kebangsaan Indonesia.

Rasa cinta tanah air atau nasionalisme merupakan modal terpenting untuk mewujudkan cita cita Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945, namun kemunculan nasionalisme sekarang menghadapi kesulitan, yaitu ketika pemahaman kebangsaan mulai berubah dengan semangat yang kuat yang didasarkan pada lokalitas, Kumpulan, atau keyakinan.

Sejarah islam dan nasionalisme

pada awalnya, Gerakan nasionalisme yang berkembang di Eropa adalah nasionalisme sekuler yang bertujuan untu mempersatukan negara negara Eropa dan memecah belah umat islam yang tersebar di berbagai negara dengan alasan perbedaan bahasa, ras, dan budayanya, agar umat islam lemah dan mudah dijajah. namun, realitanya terbalik, gerakan nasionalisme yang dibawa kaum imperalis dan masuk ke dunia islam justru menyadarkan kaum muslimin untuk bangkit dan melepaskan diri dari kukungan penjajahan kaum imperalis barat. Jika ditinjau dari sejarah peradaban dan politik islam, gerakan nasionalisme eropa yag kemudian berimplikasi positif pada semangat nasionalisme di dunia islam sangat berpengaruh terhadap perubahan wajah dunia islam. sepanjang rentang sejarah islam telah mengalami pasang surut peradaban. Jika di analisis dari perspektif politik, pasang surut peradaban islam tersebut tidak terlepas dari aktifitas politik umat muslimin, dengan politik itu kaum muslimin dapat menghantarkan peradaban islam sampai puncak kejayaannya, dan dengan politik itu juga kaum muslimin mengalami kegagalan dan kemunduran.

Setelah tumbuh dan berkembang dalam Masyarakat, nasionalisme masuk ke dalam kehidupan politik negara negara, dengan tujuan untuk mempersatukan bangsa. Namun, sebenarnya, ada nilai nilai universal yang berlaku dan dianut oleh Masyarakat di seluruh dunia, jauh sebelum nasionalisme masuk dan mempengaruhi masyarakat suatu bangsa. Nilai nilai itu berasal dari agama, terutama dari agama islam, sehingga nasionalisme mau tidak mau harus bersentuhan dengan nilai nilai agama islam yang sudah ada sejak lama di tengah tengah masyarakat muslim.

Dari perspektif historis, masuknya nasionalisme ke dalam politik umat islam disinyalir pada abad ke-20 M, ketika banyak negara islam atau negara negara dengan mayoritas penduduknya beragama islam masih di bawah kekuasaan imperalisme Eropa. Pada abad itu juga, negara negara islam juga mengalami nasionalisme. tujuanya adalah untuk meninggalkan kekaisaran Eropa dan memerdekakan diri atau membangun negara sendiri.

Gagasan pan-islamisme, yang telah berkembang sebelumnya, dipelopori oleh Jamaludin Al Afghani dan Muhammad Abduh, sebenarnya merupakan awal dari diskusi tentang nasionalisme dalam tubuh umat islam. Mereka menganggap bahwa sumber keruntuhan islam dan kaum muslimin bukanlah kelemahan atau kekurangan internal mereka, melainkan adanya imperalisme agresif yang dilancarkan oleh Kristen Eropa, yang bertujuan untuk memperbudak kaum muslimin dan menghancurkan islam.  Al Tahtawi, seorang teoritis nasionalisme Arab yang paling berpengaruh, menegaskan, "Patriotisme adalah sumber kemajuan dan kekuatan, suatu sarana untuk mengatasi gap antar wilayah islam dan Eropa".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun