Millennium Development Goals (MDGs) telah resmi berakhir pada Desember 2015 lalu. Program MDGs terdiri dari 8 tujuan, 18 target, dan 67 indikator yang menitikberatkan pada upaya pengurangan kemiskinan, kelaparan, perhatian terhadap masalah pendidikan, kesehatan, ketidaksetaraan gender, dan kelestarian lingkungan. Penerapannya di Indonesia sendiri berhasil mencapai 49 dari 67 indikator yang ditetapkan. Meskipun beberapa target berhasil dicapai dan mengubah kondisi kehidupan masyarakat, masih ada cukup banyak tujuan dan target yang dinilai belum tercapai.
MDGs hanya berhasil mengatasi masalah yang ada di permukaan, bukan mengatasi akar masalahnya. Evaluasi MDGs sangat penting guna mencapai kesuksesan penerapan program-program selanjutnya. Keterbatasan pencapaian target MDGs terjadi karena kurangnya komitmen dan koordinasi yang dimiliki pelaku serta indikator yang belum dilakukan secara partisipatif. Untuk melanjutkan dan memperlebar misi yang ada pada MDGs, dicanangkanlah program Sustainable Development Goals.
Sustainable Development Goals, yang dikenal juga sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, resmi disahkan pada tanggal 25 September 2015 di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh kurang lebih 193 kepala negara yang hadir. Program yang mengusung tema Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development ini adalah rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. Berbeda dengan MDGs, perancangan SDGs dilakukan secara partisipatif yang melibatkan seluruh aktor pembangunan guna dapat melihat perspektif pembangunan dari berbagai sisi.
SDGs berisikan 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan akan tercapai pada tahun 2030. SDGs memiliki prinsip utama tidak meninggalkan seorang pun (no one left behind) dengan melibatkan keadilan prosedural dan substansial. Keadilan prosedural merupakan efektivitas keterlibatan seluruh pihak terutama yang selama ini tertinggal. Adapun keadilan substansial merupakan tingkatan efektivitas kebijakan pembangunan untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada.
Perhatian pada elemen-elemen SDGs akan sangat mendukung tercapainya tujuan SDGs. Elemen-elemen tersebut meliputi people (manusia), planet (bumi), prosperity (kesejahteraan), peace (perdamaian), dan partnership (kemitraan). Manusia menjadi perhatian utama dalam pembangunan dengan memenuhi kebutuhannya secara adil dan merata. Elemen planet mengarahkan adanya perlindungan bumi dari segala bentuk kerusakan yang merugikan dengan mengambil aksi pengelolaan secara bijak. Kesejahteraan sebagai elemen berarti adanya kepastian untuk makhluk hidup mendapatkan kehidupan yang layak dengen terpenuhinya segala kebutuhan hidupnya dalam berbagai bidang. Perdamaian yang ada untuk membangun masyarakat yang inklusif dan hidup dalam keadaan nyaman dan damai. Elemen terakhir yaitu kemitraan yang merupakan strategi implementasi kolaborasi dengan tujuan khusus menghilangkan segala masalah sosial di semua daerah.
Keberadaan SGDs diharapkan dapat memperbaiki kualitas kehidupan di bumi ini. Mengingat saat ini terjadi kerusakan lingkungan yang semakin meningkat, kriminalitas di lingkungan masyarakat, dan segala kekurangan yang ada, SDGs tentunya berperan penting untuk mengurangi dan bahkan menghilangkannya dari muka bumi. SDGs telah melalui proses konsultasi dan survei guna merangkul segala aspek kehidupan yang ada. Program pembangunan berkelanjutan ini berusaha mewujudkan hak asasi semua orang. Hal tersebut membuat banyak kalangan optimis bahwa program ini akan lebih baik dari program-program pembangunan sebelumnya.
Pelaku pembangunan berintegrasi dan berusaha menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk memastikan tercapainya tujuan pada tahun 2030, diperlukan kolaborasi peran aktif seluruh pihak yang meliputi pemerintah dan masyarakat.
Keterlibatan pemerintah berperan penting dengan memastikan tercapainya tujuan yang ada sesuai rencana. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang akan mendukung terlaksananya target-target SDGs yang telah ditentukan dalam pertemuan kepala negara di Markas Besar PBB. Pemerintah perlu mendukung dan membuka kesempatan untuk dapat berperan aktif dalam pencapaian target bagi masyarakat, khususnya mahasiswa. Sesuai dengan prinsip utama SDGs, no one left behind, mahasiswa menjadi bagian dalam target pencapaian SDGs.
Posisi mahasiswa diharapkan tidak hanya sebagai target, tetapi dapat dioptimalkan sebagai pelaku pembangunan yang dapat memaksimalkan penerapan program yang ada. Mahasiswa dengan segala kemampuan dan keterampilan yang dimiliki menjadikannya mempunyai potensi besar untuk berperan aktif dan nyata dalam pembangunan berkelanjutan.
Mahasiswa dikenal sebagai kaum terpelajar yang sudah selayaknya memiliki pemikiran yang kritis untuk memajukan bangsa. Berpedoman pada tridharma perguruan tinggi, pengetahuan yang diperoleh mahasiswa dapat diterapkan untuk mendukung aksi nyata mahasiswa dalam pembangunan berkelanjutan. Mahasiswa dapat melakukan penelitian mengenai fenomena kerusakan lingkungan untuk dapat diketahui solusinya. Solusi tersebut kemudian dapat diterapkan dan jika sudah berhasil dapat disebarluaskan untuk mendapat jangkauan yang lebih besar. Mahasiswa juga dapat melakukan pengabdian pada masyarakat dengan memberikan pengetahuan dan pembinaan mengenai SDGs.
Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan dapat menjadi penggerak perubahan ke arah yang lebih baik. Sudah sepatutnya para mahasiswa memiliki tekad untuk bergerak mendapatkan hal lebih baik yang mendukung kemajuan pembangunan berkelanjutan. Upaya yang dapat dilakukan mahasiswa adalah kesadaran untuk mengetahui pentingnya konsep dan tujuan pembangunan berkelanjutan.