Mohon tunggu...
Nabilah Permata
Nabilah Permata Mohon Tunggu... -

falling in love with rain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Insan Berlumur Dosa

31 Oktober 2015   20:22 Diperbarui: 31 Oktober 2015   20:31 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Keesokan harinya, akulah orang yang menghubungi ibu duluan. Tapi tak diangkat. Beberapa hari setelahnya aku selalu menghubunginya, tapi tetap tak ada jawaban. Satu minggu telah berlalu. Dan belum ada kabar sama sekali dari ibu. Malam harinya aku mendapat panggilan dari wali kelasku. Aku masuk ke ruang pribadi Bu Indah. Beliau menceritakan sebuah cerita yang tak pernah kusangka bahwa ternyata ada cerita semacam itu. Aku sungguh tak percaya, sama sekali.  Beliau mengatakan bahwa selama ini ada dua orang lagi yang tinggal di rumahku. Aku tak tahu bahwa ternyata selama ini ibuku begitu menderita. Setiap hari ayahku pergi bekerja mulai pagi sampai malam, tetapi ada satu hal yang berbeda semenjak kepergianku. Orang yang katanya selalu membentak ibuku, memarahinya, menyuruhnya melakukan segala sesuatu yang diinginkannya. Dua orang itu adalah istri baru dan ibu mertua ayah. Hatiku seperti hancur berkeping-keping. Selama ini aku tak pernah sekalipun bertanya mengenai keadaan ibuku. Aku terlalu sibuk dengan urusanku,  atau mungkin sebenarnya aku hanya berlagak sok sibuk. Sekarang aku merasa bahwa aku adalah mahluk paling egois. Seakan-akan akulah orang yang paling menderita di dunia ini. Ibuku selalu mendoakan yang terbaik untukku, sedangkan aku? Apa yang bisa kulakukan? Betapa hinanya aku. Hatiku hampa.

Tak mampu berkata apa-apa. Berpikirpun tak bisa. Dunia ini serasa berhenti. Aku teringat akan suatu rangkaian kalimat yang dulu pernah aku baca; Kelemahan terbesar dari sebagian besar manusia adalah keengganan mereka untuk mengatakan pada orang lain betapa mereka mencintai ketika mereka masih hidup. Maafkan aku ibu, aku begitu mementingkan egoku. Hanya karena aku merasa bahwa diriku ini adalah lelaki yang tak seharusnya mengatakan hal seperti itu. Aku terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu dari lubuk hatiku yang paling dalam sampai langit-langit hatiku yang tertinggi. Hati ini sepenuhnya mencintaimu ibu. Aku tak mau lagi jadi manusia yang selau berbuat dosa bu. aku akan tetap ku, akan kubuktikan padamu. aku bisa membanggakanmu. Dan mulai sekarang, aku yakin bahwa kalimat inilah yang akan selalu terngiang dalam benakku, menemani dalam setiap langkahku, aku begitu merindukanmu ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun