Pernahkah kalian mendengar tradisi nyadran? atau bahkan belum mendengar dan mengetahui apa itu tradisi nyadran? di Desa Balongdowo, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo tradisi  ini masih rutin dilakukan setiap menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW dan bulan Ramadhan. Warga desa Balongdowo melaksanakan ritual ini dengan tujuan untuk menghormati dan mengenang roh leluhur agar senantiasa diberikan kelimpahan kupang.
Ritual ini dilakukan dengan pergi ke makam Dewi Sekardadu yang berada di Kepetingan, Sawohan, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo dengan menggunakan perahu, sesampainya di makam Dewi Sekardadu lalu mereka melakukan do'a bersama dan melempar ayam ke laut. Tradisi ini diikuti dari berbagai kalangan, baik dari kalangan orang tua, anak-anak, dan juga para pemuda.
Tradisi Nyadran ini kaya akan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, bagaimana tidak Nyadran menjadi ajang berkumpulnya warga, hal ini bisa terlihat ketika para warga desa Balongdowo secara bersama menaiki perahu menuju tempat ritual. Dengan demikian, terciptanya rasa kekeluargaan yang kental antar warga.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tradisi Nyadran telah tercampur dengan budaya anak muda saat ini, yaitu meramaikan Nyadran dengan mengadakan perlombaan sound system. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tradisi tersebut tetap dijaga, elemen modern juga diintegrasikan untuk menarik minat generasi muda dan menciptakan suasana yang lebih meriah.
Tantangan bagi tradisi Nyadran adalah bagaimana mempertahankan esensi dan makna dari ritual tersebut di tengah perubahan zaman. Generasi muda sering kali lebih tertarik pada hal-hal modern dan cenderung melupakan akar budaya mereka. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Balongdowo untuk terus mengedukasi generasi muda tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Nyadran.
Dengan demikian, Nyadran bukan hanya sekadar acara rutin tahunan, tetapi merupakan sebuah refleksi dari jati diri masyarakat Balongdowo. Melalui tradisi ini, mereka tidak hanya merayakan kehidupan tetapi juga menghormati masa lalu dan juga sebagai identitas desa Balongdowo. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menjaga kearifan lokal di tengah perubahan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H