Mohon tunggu...
Nabilah Fathin LH
Nabilah Fathin LH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Saya Nabilah Fathin Lutfiah Hakim, seorang Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun ajaran 2021/2022. Hobi saya adalah membaca buku, menulis dan memiliki ketertarikan serta menyukai dunia kesastraan. Oleh karena itu saya menempatkan diri saya pada Fakultas Humaniora Jurusan Sastra Inggris,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyelami Keindahan Tradisi "Mberot": Kearifan Lokal Dusun Jajang

6 Januari 2024   20:38 Diperbarui: 6 Januari 2024   20:47 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pribadi 

 Dusun Jajang, yang terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Poncokusumo, memiliki kekayaan budaya yang memikat dalam tradisi Banteng-bantengan atau Mberot. Dusun ini juga merupakan letak daerah tempat kami, mahasiswa KKM atau KKN kelompok 95 dari Universitas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengabdi kepada Masyarakat. Tradisi ini tidak hanya sekadar pertunjukan lokal, tetapi juga mencerminkan kearifan dan keindahan khas masyarakat setempat.

Menurut informasi dari salah satu anak warga dusun Jajang "Ayo mbak mas, liat mberot. Di sini sering ada latihan mberot atau banteng-bantengan mbak mas" ucap Fikri.

Mberot di Dusun Jajang bukanlah sekadar acara hiburan semata, melainkan ekspresi mendalam dari warisan budaya yang dijaga dan dilestarikan oleh generasi-generasi sebelumnya. Dalam setiap gerakan dan tarian yang dilakukan, tersirat nilai-nilai kehidupan masyarakat Jajang. Diketahui, terdapat informasi bahwasannya budaya mberot di desa ini terkelompokkan dan mencakup lebih dari tiga grup. Pemain yang memainkan mberot ini terdiri dari orang dewasa hingga anak-anak.

Tradisi ini melibatkan pentas tarian berpasangan dengan kostum yang menggambarkan keanggunan dan kekuatan banteng. Musik tradisional khas Jawa Barat menjadi pengiring yang memadukan harmoni alami dengan gerakan yang penuh makna. Setiap detail dalam Banteng-bantengan menciptakan pengalaman yang begitu memikat bagi penonton.

Selain nilai estetika, tradisi ini juga menjadi medium interaksi sosial antarwarga. Dalam prosesi Banteng-bantengan, masyarakat Dusun Jajang dapat saling berkomunikasi, bertukar pengalaman, dan memperkuat rasa persatuan. Ini bukan sekadar pementasan, tetapi juga perayaan kebersamaan yang mengikat hati masyarakat setempat.

Kearifan lokal tercermin dalam pemilihan tema, kostum, dan gerakan yang melibatkan simbol-simbol penting bagi masyarakat Jajang. Setiap elemen dalam Banteng-bantengan menggambarkan hubungan erat antara manusia dan alam, menciptakan harmoni yang menyentuh hati.

Dengan mengeksplorasi tradisi Banteng-bantengan atau mberot, kita tidak hanya dapat menyaksikan keindahan pertunjukan, tetapi juga meresapi makna kearifan lokal yang melekat dalam setiap gerakannya. Dusun Jajang menjadi salah satu daerah saksi hidup dari warisan budaya yang perlu kita lestarikan agar terus berkembang dan diapresiasi oleh generasi mendatang. Tradisi ini bukan hanya milik Dusun Jajang, tetapi juga menjadi bagian berharga dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dengan cinta dan kebanggaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun