Mohon tunggu...
Nabilah Beta putri
Nabilah Beta putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Prodi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penggunaan Bahasa di Ruang Publik

24 Juni 2024   17:12 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:14 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan elemen penting dalam kehidupan bermasyarakat. Selain digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari, bahasa juga memiliki peran signifikan dalam ruang publik. Ruang publik merupakan area di mana individu dari berbagai latar belakang bertemu, berinteraksi, dan saling mempengaruhi.

Dalam ruang publik, bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, mempromosikan ide, mempengaruhi opini, dan bahkan membentuk persepsi masyarakat. Pemilihan kata, gaya bahasa, dan budaya berbahasa yang digunakan dalam ruang publik dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap cara individu menerima dan memahami pesan yang disampaikan.

Menurut Sudaryanto (1990:21) bahasa pada dasarnya memang merupakan alat atau sarana untuk komunikasi antarmanusia. Bahasa juga merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Hal itu disebabkan karena manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir dan kemampuan untuk mengembangkan akal budinya. Dengan kemampuan itu manusia mengembangkan suatu alat untuk berkomunikasi, guna mengungkapkan pikirannya, perasaannya, ataupun keinginannya, yaitu bahasa. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. (Warniatul Ulfah, 2017). Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia, mulai dari upacara pemberian nama bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tentu saja tidak terlepas dari penggunaan bahasa. (Amalia et al., 2021).

Ketika seseorang berkomunikasi, ia juga harus melihat situasi dan kondisi saat berbicara, serta unsur-unsur yang terdapat di dalam situasi tutur. Subyakto (1992:1) mendefinisikan unsur-unsur yang terdapat dalam tindak tutur dan kaitannya dengan bentuk dan pemilihan ragam bahasa, antara lain siapa berbicara, dengan siapa berbicara, tentang apa, dengan jalur apa, dan ragam bahasa yang mana. Bahasa biasa digunakan oleh siapa saja dan di mana saja, dari situasi formal maupun non formal dan dari tempat menuntut ilmu sampai tempat mencari nafkah. Sebagai contoh bahasa digunakan di sekolah, pasar, kantor dan lain-lain. Oleh karena itu, pengguna bahasa perlu dibina dan dimanfaatkan kemampuan berbahasanya secara terus-menerus. Atas dasar itu, para pengguna bahasa sebaiknya mempunyai bekal yang berkaitan dengan bahasa itu sehingga dapat berbahasa dengan baik dan benar, pengguna bahasa dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan bahasa Indonesia dan selain itu juga pengguna dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.Salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi adalah menulis. Komunikasi yang dimaksudkan adalah komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam lingkungan industri terdapat tulisan yang tercantum dalam sebuah pamflet

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini dilakukan melalui Sosialisasi, Memberikan penyuluhan kepada siswa, guru, dan staf sekolah tentang pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik sekolah. Kedua pelatihan, melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selanjutnya dengan adanya kegiatan, mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, seperti lomba pidato, lomba baca puisi, dan lomba debat. Hingga melakukan pembinaan, memberikan pembinaan kepada siswa, guru, dan staf sekolah untuk menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahasa menjadi alat komunikasi yang menghubungkan manusia yang satu dengan yang
lainnya. Dengan bahasa, kita bisa berkomunikasi dan memahami maksud dari ujaran atau
perkataan lawan bicara. Begitupun dalam dunia tulis, bahasa menjadi jembatan yang
menghubungkan antara penulis dengan pembaca. Penguasaan bahasa yang baik dan sesuai ejaan sangat diperlukan dalam ragam tulis, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah penafsiran oleh pembaca. Namun kenyataannya, masih sering kita jumpai berbagai kesalahan berbahasa terutama pada ragam tulis di sekitar kita. Untuk itulah perbaikan penggunaan bahasa sangat diperlukan.

  • Ruang Publik
  • Ruang publik adalah area terbuka yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah atau pihak lain untuk kepentingan umum dan dapat diakses secara bebas dan terbuka oleh siapa pun tanpa batasan atau diskriminasi, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, atau identitas individu. Ruang publik, seperti alun-alun, taman, dan tempat lainnya, memungkinkan orang berkumpul, bertukar ide, dan melakukan aktivitas sosial lainnya. Ruang publik adalah pusat aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi dalam suatu komunitas atau kota, yang berperan penting dalam memfasilitasi interaksi sosial, meningkatkan kualitas hidup, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam kehidupan publik. Tempat ini memungkinkan kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berkumpul secara damai, dan dikelola secara kolektif oleh masyarakat untuk kepentingan bersama. Keberadaan dan pengelolaan ruang publik yang baik dapat berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan, menjadikannya sebagai ruang bersama yang mewadahi keberagaman dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

  • Pentingnya bahasa dalam ruang publik

Pentingnya bahasa dalam ruang publik, Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik diatur dalam Pasal 36, 37, dan 38 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan. Sebelum Undang-Undang tersebut, landasan hukum penggunaan bahasa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945, bab XV, pasal 36 tentang bahasa negara; Ketetapan MPR No. II, tahun 1993, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara; Undang-Undang No. 5, tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah; Keputusan Presiden Nomor 57, tahun 1972, tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan; Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20, tanggal 28 Oktober 1991, tentang Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa; dan Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Wali Kotamadya Nomor 434/1021/SJ, tanggal 16 Maret 1965, tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing (Sukmawati, Nurhayati, dan Ery Iswari, tt, hlm. 2). Bahasa ruang publik menarik perhatian karena menggambarkan keadaan suatu bahasa dan perilaku masyarakat terhadap bahasa tersebut. Artinya, bahasa ruang publik tidak sekadar bahasa yang terpajang dan dipertontonkan kepada khalayak, tetapi juga mengandung informasi tentang wilayah tersebut. Penyampaian informasi di ruang publik menggunakan bahasa. Jika informasi disampaikan dalam bahasa Indonesia, informasi tersebut dapat diserap, dimaknai, dan diingat dalam bahasa Indonesia juga. Secara psikologis telah terjadi pemerolehan bahasa Indonesia dalam pengalaman intelektual seseorang. Secara sosial bahasa Indonesia akan digunakan dalam membangun hubungan atau koneksi antara ruang dan masyarakat. Artinya, terdapat pemerolehan informasi dan sistem pemaknaan di ruang publik. Masyarakat pengguna ruang publik akan menyerap informasi dan memaknainya. Lebih jauh lagi, informasi yang diserap dan dimaknai tersebut akan memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat (Fatmahwati, 2018). Hal ini bertujuan untuk mengetahui fenomena penggunaan bahasa indonesia pada ruang publik, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa indonesia pada ruang publik dan upaya yang dilakukan untuk penggunaan bahasa indonesia di ruang publik.

  • Dampak Penggunaan Bahasa dalam Ruang Publik
  • Pemilihan kata
  • 1. Makna Denotatif dan Konotatif
  • Kridalaksana dan Suwandi (2008:82) menyatakan bahwa makna konotatif  adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca) (Suwandi, 2008). Makna denotatif adalah makna dasar atau literal dari suatu kata, yaitu makna yang sesuai dengan kamus atau definisi umum. Sementara itu, makna konotatif adalah makna tambahan atau makna emosional yang melekat pada suatu kata, yang dapat mencakup perasaan, sikap, atau nilai-nilai tertentu. Contoh, kata "kurus" memiliki makna denotatif "tidak gemuk", sedangkan makna konotatifnya dapat beragam, misalnya "tidak sehat", "menarik", atau "lemah". Pemahaman tentang makna denotatif dan konotatif sangat penting dalam komunikasi, karena dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan memperkaya ekspresi bahasa.
  •       2. Kata-kata Bermuatan Emosional
  • Kata-kata bermuatan emosional adalah kata-kata yang mengandung perasaan atau emosi tertentu, baik positif maupun negatif. Contoh kata-kata positif: "cinta", "bahagia", "semangat". Contoh kata-kata negatif : benci, marah, sedih. Penggunaan kata-kata bermuatan emosional dapat mempengaruhi persepsi dan respon pembaca atau pendengar. Oleh karena itu, pemilihan kata-kata yang tepat sangat penting, terutama dalam konteks komunikasi yang sensitif atau persuasif.

  •       3. Istilah Teknis dan Jargon
  • Istilah teknis adalah kata atau frasa yang digunakan dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu dan memiliki makna khusus yang tidak selalu dimengerti oleh orang awam. Contoh istilah teknis: "meiosis" (biologi), "resesi" (ekonomi), "phalanx" (militer). Sementara itu, jargon adalah istilah khusus yang digunakan oleh suatu kelompok atau komunitas tertentu, biasanya untuk tujuan efisiensi komunikasi internal. Contoh jargon: "noob" (gamer), "bug" (programmer), "DP" (fotografi). Penggunaan istilah teknis dan jargon dapat membantu komunikasi yang efektif di antara anggota suatu bidang atau komunitas, tetapi dapat menjadi hambatan bagi orang di luar bidang tersebut. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan konteks dan audiens saat menggunakan istilah teknis dan jargon.
  • a) Gaya Bahasa
  • 1. Gaya formal dan informal
  • Gaya bahasa formal adalah ragam bahasa yang digunakan dalam konteks resmi, seperti dalam situasi akademik, pemerintahan, atau bisnis. Ciri-ciri gaya formal antara lain penggunaan kalimat yang lengkap, struktur yang teratur, kosakata yang baku, dan nada yang serius. Contohnya: "Kami memohon maaf atas keterlambatan pengiriman barang" (Kusmiyati, 2020). Sebaliknya, gaya bahasa informal adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi, seperti percakapan sehari-hari. Ciri-cirinya antara lain penggunaan kalimat yang singkat, struktur yang tidak baku, kosakata yang tidak resmi, dan nada yang santai. Contohnya: "Maaf ya, barangnya telat datang" (Wati, 2019). Pemilihan gaya bahasa yang tepat sangat penting untuk menyesuaikan dengan konteks dan audiens, agar komunikasi berjalan efektif.
  • 2. Penggunaan humor dan satire
  • Humor adalah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menghibur dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Humor dapat disampaikan melalui kata-kata, gambar, atau aksi yang lucu dan menggelitik. Sementara itu, satire adalah sindiran atau kritik yang disampaikan dengan cara yang jenaka, sarkastik, atau ironis. Contoh penggunaan humor: "Kamu tahu kenapa orang-orang takut ke bank? Karena di sana ada banyak koin!" Contoh penggunaan satire: "Politikus itu seperti diapers, harus diganti secara teratur karena isinya sama-sama penuh kotoran" (Nurwati, 2018). Penggunaan humor dan satire yang tepat dapat memperkaya komunikasi, meningkatkan keterlibatan audiens, dan menyampaikan pesan secara efektif. Namun, perlu diperhatikan konteks dan audiens, agar tidak justru menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

  • 3. Gaya retorika persuasif
  • Gaya retorika persuasif adalah teknik atau strategi dalam berkomunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi, mengajak, atau meyakinkan audiens. Beberapa elemen dalam gaya retorika persuasif antara lain:
  • - Penggunaan bahasa yang emosional dan imajinatif
  • - Penyajian fakta dan data yang relevan
  • - Penggunaan argumen logis dan rasional
  • - Pengutaraan manfaat atau keuntungan bagi audiens
  • - Penggunaan contoh dan ilustrasi yang menarik
  • - Pengulangan ide-ide kunci
  • Contoh gaya retorika persuasif: "Dengan menggunakan produk kami, Anda akan terlihat lebih segar dan percaya diri. Selain itu, produk kami terbuat dari bahan-bahan alami yang aman bagi kulit Anda" (Purnama, 2018). Gaya retorika persuasif yang efektif dapat membantu meyakinkan audiens dan mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan.

b) Budaya berbahasa

  • 1. Idiom dan ungkapan lokal
  • Idiom dan ungkapan lokal adalah kombinasi kata-kata yang maknanya tidak dapat diturunkan secara harfiah dari makna kata penyusunnya. Idiom dan ungkapan lokal biasanya terbentuk dari budaya, tradisi, atau pengalaman khas suatu daerah tertentu. Penggunaan idiom dan ungkapan lokal dapat memperkaya gaya bahasa dan menyampaikan makna yang lebih khas serta sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.
  • Contoh idiom dan ungkapan lokal dalam bahasa Indonesia:
  • - "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" (Sumatra Utara) - Menggambarkan bahwa anak biasanya memiliki sifat atau perilaku yang mirip dengan orangtuanya.
  • - "Asal bapak senang" (Jawa) - Menunjukkan sikap menuruti keinginan atasan atau orang yang lebih berkuasa demi mencari keuntungan pribadi.
  • - "Main kucing-kucingan" (Betawi) - Bermakna bermain kejar-kejaran atau menyembunyikan sesuatu (Setiawan, 2019).
  • Penggunaan idiom dan ungkapan lokal yang tepat dapat membuat komunikasi menjadi lebih hidup, unik, dan khas. Namun, harus diperhatikan apakah audiens memahami makna dari idiom atau ungkapan tersebut agar komunikasi tetap efektif.

  • 2. Bahasa non-verbal
  • Bahasa non-verbal adalah bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, tetapi menggunakan isyarat, gestur, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan nada suara. Bahasa non-verbal memiliki peranan penting dalam proses komunikasi karena dapat membantu memperkuat, melengkapi, atau bahkan menggantikan komunikasi verbal. Contoh bahasa non-verbal dalam komunikasi:
  • - Kontak mata yang intens untuk menunjukkan perhatian dan minat.
  • - Anggukan kepala untuk mengindikasikan pemahaman atau persetujuan.
  • - Senyuman untuk mengekspresikan keramahan dan kesenangan.
  • - Jarak yang dekat untuk menunjukkan keakraban atau kedekatan.
  • - Nada suara yang tegas untuk menyampaikan ketegasan atau kemarahan (Wibisono, 2020).
  • Pemahaman dan penggunaan bahasa non-verbal yang tepat dapat meningkatkan efektivitas komunikasi. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa makna bahasa non-verbal dapat berbeda-beda antar budaya, sehingga diperlukan adaptasi dan pemahaman kontekstual.

  • Tantangan dalam Penggunaan Bahasa di Ruang Publik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun