Mohon tunggu...
Nabilah Resaldi
Nabilah Resaldi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Libur Lebaran, Begini Kisah Ojek Pangkalan di Jatinangor

17 April 2024   13:03 Diperbarui: 17 April 2024   13:07 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keadaan pangkalan ojek di Jl. Kampung Geulis, Jatinangor, Sumedang Utara, Jawa Barat (16/4), pasca Idul Fitri. (Foto: Nabilah Resaldi)

Kalah pamor dengan ojek online (Ojol). Libur lebaran maupun tidak, ojek pangkalan (Opang) di Jatinangor tetap sepi peminat, bahkan sudah ada yang bubar. 

Duduk-duduk di pangkalan menunggu penumpang datang, begitulah kegiatan harian Wawan Rohendi (58) dan Aseng (35) sebagai ojek pangkalan (Opang) di Jatinangor. Semakin padat mahasiswa, tetapi pendapatan tidak kunjung bertambah, terlebih lagi di saat libur hari raya Idulfitri.

"Lebaran kemarin Alhamdulillah mangkal, karena saya lagi gak ada aktivitas mudik, ya paling silaturahmi saja dengan yang lain," ujar Aseng, pengendara opang Kampung Geulis.

Lain cerita dengan Wawan Rohendi sebagai pengendara opang Caringin, ia berkata merasa diuntungkan dengan letak pangkalan yang berada di perempatan, jadi ketika hari raya tetap mendapat orderan walau tidak banyak. Saat mangkal, mereka memiliki budaya yang disebut 'nge-tem', artinya adalah ketika ada penumpang, pengendara opang yang pertama kali datang ke pangkalanlah yang boleh mengambil orderan tersebut. Seperti dibuat urutan, jadi tidak ada kecemburuan sosial ketika sedang mangkal. 

Minim Orderan di Hari Raya

Dilansir dari Detik.com, tradisi lebaran di Indonesia salah satunya adalah mudik atau silaturahmi dengan keluarga. Dengan adanya tradisi tersebut, biasanya orang-orang akan libur atau cuti kerja ketika hari raya Idulfitri tiba. 

"Kalo saya pribadi, setelah beres silaturahmi dengan keluarga dan ke makam, baru di hari lebaran ketiga beraktivitas ngojek lagi," ucap Wawan Rohendi. 

Opang ketika hari libur lebaran akan lebih sepi peminatnya, terutama mahasiswa karena biasanya memakai jasa ojol. Wawan Rohendi berkata bahwa yang memakai jasa opang kebanyakan dari warga lokal, biasanya minta antar ke makam. 

Karena sudah kalah eksistensinya dengan ojol, istilah yang mereka pakai adalah 'tiisen' dalam bahasa sunda artinya 'sepi'. Masalah orderan sepi sudah biasa, yang terpenting dari mangkal ketika libur lebaran adalah menjaga tali silaturahmi. 

Berbeda dengan Wawan Rohendi, pengendara opang Kampung Geulis, Aseng, dan pengendara opang Gerbang Lama Unpad, Amar (57), tetap mangkal di hari pertama Idulfitri. Karena merupakan warga lokal yang tidak mudik, jadi mereka memutuskan untuk tetap mangkal dan bersilaturahmi dengan teman sesama pengendara opang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun