Setiap individu hidup di dunia dengan berbagai pengalaman di dalamnya. Tak heran kita jumpai siklus kehidupan mulai dari bahagia, sedih, hingga kembali berbahagia. Manusia diciptakan dengan ragam emosi dan perasaan, sehingga kembali pada diri masing-masing terkait penyelesaiannya.
Hidup di dunia dengan banyak individu di dalamnya, membuat kita belajar bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, kita semua juga belajar bagaimana mengerti, memahami, dan peduli terhadap orang lain.Â
Akan tetapi, apakah sosok yang paling dekat sudah kita ketahui? Sosok yang paling dekat adalah diri kita sendiri. Sejauh ini, sudahkah kita mengenali diri sendiri?
Diciptakan dengan ragam emosi, pemikiran, gagasan, serta keunikan di dalamnya, membuat masing-masing individu memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan yang sulit untuk bisa diimplementasikan hingga dicontoh oleh orang lain.
Hal yang paling sederhana ada keunggulan dalam pendidikan. Umumnya siswa/i dituntut untuk bisa menguasai keseluruhan mata pelajaran di sekolah, dan dipastikan siswa/i tersebut lulus dari jenjang pendidikan dengan tingkat pendidikan yang baik. Hal tersebut sering terjadi di Indonesia.
Stigma kurikulum tersebut memiliki pengaruh positif atau pun negatif. Sisi positif dari kurikulum tersebut adalah membantu mendorong siswa/i untuk terus giat belajar dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Selain itu, sisi negatif dari kurikulum tersebut adalah ketika berhadapan dengan siswa/i yang memiliki keunggulan tidak seluas yang diharapkan, maka akan muncul rasa tidak percaya diri di sekolah.
Rasa tidak percaya diri itu muncul karena melihat lingkungan yang sangat berorientasi ke masa depan. Para siswa/i memiliki motivasi tersendiri untuk belajar, antara lain untuk tes seleksi masuk ke jenjang selanjutnya, ujian sekolah, serta untuk sarana meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan.
Perasaan tidak percaya diri tersebut dapat dikurangi dengan cara memberikan apresiasi terhadap diri sendiri. Ketika kita berhasil mempelajari setidaknya satu mata pelajaran, maka muncullah rasa kebanggaan karena bisa menyelesaikannya, contoh tersebut adalah kasus studi sederhana untuk bisa memberikan apresiasi terhadap diri sendiri.
Kegiatan apresiasi diri sendiri terdengar sangat umum dan cukup sulit untuk dilakukan, mengapa? Karena kesadaran untuk bisa memberikan waktu atau hadiah terbaik untuk diri sendiri lebih kecil daripada kesadaran untuk orang lain.
Sebagai manusia kita perlu adanya apresiasi, karena segala hal yang kita lakukan akan lebih bermakna ketika kita memberikan hal yang sepadan untuk apa yang kita lalukan.
Hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk apresiasi diri sendiri adalah: