Di antara manuskrip-manuskrip Melayu yang baru-baru ini didigitalkan di British Library adalah tiga teks tentang Sifat Dua Puluh, yang menggambarkan dengan baik bagaimana subjek ini dapat diperlakukan dengan sangat ringkas atau lebih rinci.Â
Contoh pertama hanya menempati satu halaman dalam ringkasan risalah tentang mata pelajaran agama dalam sebuah naskah dari Aceh (Atau. 16767), dan terdiri dari daftar dua puluh atribut dengan terjemahan bahasa Melayu satu atau dua kata; jadi atribut pertama, wujd, 'eksistensi', secara sederhana dijelaskan dengan kata Melayu ada.Â
Contoh kedua, juga dalam volume gabungan dari Aceh (Atau. 14194), memberikan sedikit lebih banyak informasi, menerjemahkan setiap atribut dan memberikan atribut yang berlawanan atau tidak dapat diterima (mustahil): wujd ada artinya ada lawannya tiada, 'wujd berarti keberadaan, dan ia memiliki kebalikan, non-eksistensi'.Â
Teks ketiga lebih panjang dan memenuhi seluruh naskah (Atau. 13716), memberikan paragraf penuh pada setiap atribut dan kebalikannya, dan memberikan bukti (dll) dari Al-Qur'an. Teks tersebut ditulis dalam bahasa Melayu yang bersuara penuh, sangat menunjukkan asal-usulnya di Jawa, karena bahasa Jawa dalam aksara Arab (Pegon) selalu bervokal, sedangkan Melayu dalam aksara Arab (Jawi) jarang ditulis dengan cara ini.Â
Menurut kolofon, naskah ini selesai pada 10 Maulud [mis. Rabiulawal] 1301 (9 Januari 1884), dan di bagian atas halaman sebelah kanan di bawahnya tertulis nama 'Ujang', kemungkinan dari pemilik naskah. Pemilik selanjutnya adalah G.A.J. Hazeu (1870-1929), yang berbasis di Batavia dari tahun 1898 hingga 1915, pada tahun 1907 menggantikan Snouck Hurgronje sebagai Penasihat Urusan Pribumi dan Arab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H