Mohon tunggu...
Nabilah AidaAkbar
Nabilah AidaAkbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Sistem Politik Indonesia dalam Manajemen Pelaksanaan Haji 2024

15 Juni 2024   23:40 Diperbarui: 15 Juni 2024   23:40 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaksanaan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan mental. Ibadah ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Dzulhijjah di Mekkah, Arab Saudi, dengan serangkaian ritual yang dimulai dari ihram, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah di Mina, dan tawaf di Ka'bah (Rabani, 2020). Setiap tahapan haji memiliki makna spiritual mendalam, menuntut kesabaran, keikhlasan, dan kepatuhan total kepada Allah. Selain aspek ritual, haji juga memiliki aspek sosial yang kuat, di mana jutaan Muslim dari berbagai belahan dunia berkumpul, saling mengenal, dan berbagi pengalaman hidup. Pelaksanaan haji mencerminkan persatuan umat Islam tanpa memandang ras, kebangsaan, atau status sosial, semua berbaur dalam satu tujuan yaitu mencari ridha Allah (Ahyani, 2020).

Dalam sistem politik Islam, pelaksanaan haji menggambarkan prinsip-prinsip dasar yang sangat penting seperti kesetaraan, persatuan, dan kepemimpinan yang adil. Sistem politik Islam menekankan bahwa pemimpin harus melayani rakyat dengan adil dan bijaksana, mirip dengan bagaimana penyelenggara haji mengatur jamaah dengan cermat untuk memastikan pelaksanaan ibadah berjalan lancar dan tertib. Prinsip syura (musyawarah) juga terlihat dalam penyelenggaraan haji, di mana ada koordinasi dan konsultasi antara berbagai negara dan organisasi untuk mengatasi tantangan logistik dan keamanan. Selain itu, haji menjadi momen penting bagi pemimpin Muslim untuk berdiskusi tentang isu-isu ummat dan mencari solusi kolektif, yang mencerminkan semangat kolektivitas dan solidaritas dalam politik Islam.

Implementasi sistem politik Islam dalam pelaksanaan Haji 2024 dapat dilihat melalui berbagai aspek perencanaan dan operasional yang mencerminkan prinsip-prinsip keadilan, efisiensi, dan pelayanan kepada umat. Pertama, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2020-2024 memainkan peran sentral dalam perencanaan jangka panjang. Dokumen ini menetapkan target dan indikator kinerja yang harus dicapai dalam lima tahun, termasuk peningkatan fasilitas di Mekkah dan Madinah, optimalisasi manajemen transportasi, dan peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi jamaah. Strategi ini mencerminkan prinsip politik Islam yang menekankan perencanaan matang dan evaluasi berkelanjutan untuk kesejahteraan umat (Ahyani, 2020).

Kedua, implementasi reformasi dalam penyelenggaraan Haji dan Umrah melibatkan berbagai tindak lanjut dari hasil pengawasan internal dan eksternal. Dalam lima tahun terakhir, berbagai audit dan evaluasi telah dilakukan untuk memastikan bahwa semua aspek operasional berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Reformasi ini mencakup peningkatan transparansi dalam penggunaan dana haji, pengelolaan logistik yang lebih baik, dan peningkatan kualitas pelatihan bagi petugas haji (Rabani, 2020). Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap langkah dalam pelaksanaan haji dilandasi oleh prinsip keadilan dan efisiensi yang diajarkan dalam Islam.

Ketiga, data kinerja dari tahun 2015-2019 menunjukkan bahwa ada peningkatan signifikan dalam berbagai indikator pelayanan haji. Misalnya, waktu tunggu untuk transportasi dari Mekkah ke Arafah telah berkurang secara signifikan berkat optimalisasi rute dan penambahan armada bus. Selain itu, fasilitas akomodasi juga telah ditingkatkan dengan lebih banyak hotel yang memenuhi standar kenyamanan dan kebersihan. Peningkatan ini menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip manajemen modern yang sejalan dengan nilai-nilai Islam diterapkan untuk memberikan layanan terbaik kepada jamaah.

Keempat, dalam aspek pendidikan, implementasi nilai-nilai pendidikan agama Islam sangat berperan dalam meningkatkan kesadaran jamaah. Program pendidikan yang dilaksanakan di berbagai sekolah dan madrasah, seperti program Adiwiyata di SMA Negeri 1 Ajibarang Banyumas, membantu siswa memahami pentingnya ibadah haji sejak dini. Pendidikan ini mencakup aspek sejarah, ritual, dan makna spiritual haji, sehingga mempersiapkan generasi muda untuk melaksanakan ibadah ini dengan penuh kesadaran dan keseriusan.

Kelima, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi bagian penting dalam manajemen haji. Penggunaan media sosial seperti Facebook oleh penyuluh agama di Kecamatan Jatilawang membantu menyebarkan informasi dan edukasi mengenai haji kepada masyarakat luas. Selain itu, aplikasi mobile khusus haji telah dikembangkan untuk memberikan informasi real-time kepada jamaah mengenai jadwal, lokasi, dan layanan yang tersedia selama pelaksanaan haji. Teknologi ini tidak hanya mempermudah koordinasi tetapi juga memastikan bahwa jamaah mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu (Sari, 2024).

Implementasi sistem politik Islam dalam manajemen pelaksanaan haji 2024 memiliki beberapa kendala yang perlu diperhatikan. Pertama, isu keselamatan dan keamanan merupakan tantangan utama. Mengingat jumlah jamaah haji yang besar, perlu upaya maksimal dalam pengamanan agar tidak terjadi insiden yang membahayakan nyawa jamaah. Kedua, koordinasi antarlembaga dan negara sangat penting. Proses haji melibatkan banyak pihak, termasuk lembaga pemerintah, otoritas agama, dan negara-negara yang mewakili jamaah (Rabani, 2020). Koordinasi yang baik sangat diperlukan untuk memastikan semua aspek terkelola dengan baik. Ketiga, infrastruktur dan fasilitas yang memadai menjadi kendala lainnya. Dalam mengelola haji, penting untuk memiliki infrastruktur yang memadai untuk menampung dan melayani jamaah dengan baik, termasuk akomodasi, transportasi, dan fasilitas ibadah. Terakhir, aspek keuangan juga menjadi faktor penting. Mengorganisir haji membutuhkan sumber daya finansial yang besar, dan perlu pengelolaan yang transparan dan efisien untuk memastikan dana yang tersedia digunakan dengan baik.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, beberapa solusi dapat diterapkan. Pertama, penguatan sistem keamanan dan keselamatan dengan meningkatkan pengawasan, pelatihan, dan koordinasi antarlembaga yang terlibat. Kedua, perlu adanya forum koordinasi lintas negara untuk memfasilitasi komunikasi dan kerja sama antarnegara dalam mengatur pelaksanaan haji. Ketiga, pembangunan dan perbaikan infrastruktur serta fasilitas harus menjadi prioritas, dengan memastikan dana yang cukup dialokasikan dan pengelolaannya transparan. Keempat, perlu adanya pengelolaan keuangan yang cermat dan transparan, dengan memastikan bahwa dana yang tersedia digunakan secara efisien dan akuntabel (Sari, 2024).

Kesimpulannya,  implementasi sistem politik Islam dalam manajemen pelaksanaan haji 2024 menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diaplikasikan dalam skala yang besar dan kompleks seperti pelaksanaan ibadah haji. Ini mencakup prinsip-prinsip seperti kesetaraan, persatuan, kepemimpinan yang adil, dan partisipasi kolektif. Meskipun terdapat beberapa kendala dalam implementasi, seperti isu keselamatan, koordinasi, infrastruktur, dan keuangan, berbagai solusi dapat diterapkan untuk mengatasinya. Penguatan keamanan, koordinasi lintas negara, pembangunan infrastruktur, dan pengelolaan keuangan yang transparan menjadi langkah-langkah kunci untuk memastikan pelaksanaan haji berjalan dengan lancar dan efektif. Sebagai saran, penting bagi pihak terkait untuk terus meningkatkan kerja sama antarlembaga dan negara dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakan haji. Peran teknologi informasi dan komunikasi juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas informasi bagi jamaah (Sari, 2024). Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan serta evaluasi secara berkala terhadap proses pelaksanaan haji perlu ditegakkan untuk memastikan penggunaan sumber daya yang optimal dan menghindari potensi penyalahgunaan. Dengan mengambil langkah-langkah ini, harapan kami adalah bahwa pelaksanaan haji akan menjadi semakin lancar dan bermakna bagi umat Islam di seluruh dunia, mencerminkan nilai-nilai Islam yang universal seperti persaudaraan, kesetaraan, dan keadilan.

Nabilah Aida Akbar Lubis_20230510128_H_AIK 2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun