Mohon tunggu...
Nabila Destriana Naswa Masjid
Nabila Destriana Naswa Masjid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajmen S-1

Senang mendengar musik disaat waktu luang dan mengerjakan tugas.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

86% Instansi Pemerintah Gagal Terapkan Manajemen Talenta, Mengapa?

11 Januari 2025   16:22 Diperbarui: 11 Januari 2025   16:22 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi dan teknologi yang berkembang pesat, sektor publik menghadapi tantangan besar dalam mengelola sumber daya manusia (SDM). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 86% instansi pemerintah di Indonesia gagal menerapkan manajemen talenta secara efektif. Dampaknya tak main-main: kualitas pelayanan publik menurun, karyawan berbakat pergi, dan organisasi kesulitan mempertahankan kinerjanya.

Manajemen Talenta: Strategi Vital di Era Modern

Manajemen talenta adalah pendekatan strategis untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu berbakat di dalam organisasi. Proses ini tak hanya membantu meningkatkan kinerja internal, tetapi juga berkontribusi pada pelayanan publik yang lebih baik. Dalam sektor publik, manajemen talenta menjadi salah satu cara untuk memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan lebih efektif.

Namun, kenyataannya tak semudah itu. Banyak tenaga kerja berbakat menghindari sektor publik karena lingkungan kerja yang dianggap kurang menarik. Faktor seperti insentif minim, kurangnya peluang pengembangan karier, hingga budaya birokrasi yang kaku menjadi tantangan utama (Zulkarnain, 2021).

Kenapa Banyak Instansi Gagal?

Berikut beberapa penyebab kegagalan dalam penerapan manajemen talenta di instansi pemerintah:

  • Budaya birokrasi yang kaku dan resistensi terhadap perubahan menjadi hambatan utama dalam penerapan manajemen talenta. Organisasi sektor publik sering kali mengutamakan hierarki dan prosedur administratif, sehingga mengurangi fleksibilitas dalam mengidentifikasi dan mengelola talenta.
  • Banyak instansi pemerintah tidak memiliki kebijakan atau rencana strategis terkait pengelolaan talenta. Hal ini menyebabkan kurangnya arah dalam mengidentifikasi kebutuhan SDM berkualitas dan memastikan mereka tetap berada dalam organisasi.
  • Dibandingkan sektor swasta, sektor publik sering kali gagal memberikan insentif finansial dan non-finansial yang kompetitif. Faktor ini menjadi alasan utama banyak tenaga ahli memilih keluar dari sektor publik untuk mencari peluang yang lebih menguntungkan di tempat lain (Ananthan et al., 2019).
  • Organisasi publik sering kali mengabaikan pelatihan dan pengembangan karyawan. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi, motivasi, dan loyalitas karyawan (Thunnissen & Buttiens, 2017).

Dampak Kegagalan Penerapan Manajemen Talenta

Kegagalan ini membawa dampak luas, baik bagi instansi pemerintah maupun masyarakat. Berikut beberapa dampak utamanya:

  • Instansi terkait akan kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan potensi SDM-nya yang berdampak pada penurunan kualitas pelayanan publik dan berdampak negatif pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
  • Karyawan berbakat cenderung meninggalkan organisasi yang tidak menghargai kontribusi mereka atau tidak menawarkan peluang pengembangan karier.
  • Lingkungan kerja yang tidak mendukung dapat menyebabkan karyawan merasa tidak dihargai, yang berujung pada penurunan motivasi dan loyalitas mereka terhadap organisasi.
  • Dalam persaingan global, pemerintah di seluruh dunia berlomba-lomba menarik talenta terbaik. Kegagalan manajemen talenta membuat sektor publik Indonesia tertinggal dari negara lain. 
    Sumber : iStock
    Sumber : iStock

Apa Solusi Yang Tepat?

Agar sektor publik bisa bersaing dan memberikan pelayanan yang lebih baik, ada beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Organisasi perlu meninggalkan pola kerja lama yang kaku dan membuka diri terhadap pendekatan baru yang lebih adaptif.
  • Pemerintah harus menetapkan kebijakan strategis untuk mengidentifikasi, merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan talenta berbakat.
  • Memberikan penghargaan finansial maupun non-finansial dapat membantu menarik dan mempertahankan tenaga kerja berbakat.
  • Program pelatihan yang terus-menerus dan peluang pengembangan karier sangat penting untuk meningkatkan kompetensi dan loyalitas karyawan.
  • Pemanfaatan teknologi dapat membantu organisasi dalam mengidentifikasi kebutuhan SDM secara lebih efektif dan efisien.

Manajemen talenta bukan lagi sekadar pilihan, tetapi kebutuhan mendesak bagi sektor publik. Dengan strategi yang tepat, pemerintah tidak hanya dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang kompetitif dan inovatif. Hanya dengan investasi pada SDM, sektor publik Indonesia dapat menjadi pendorong utama pembangunan nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun